Komoditas hortikultura memiliki potensi pasar yang sangat besar. Meski demikian, daya saing yang rendah menyebabkan lemahnya permintaan ekspor produk hortikultura domestik terhadap impor. Tulisan ini merupakan hasil kajian pustaka yang menawarkan alternatif metode untuk mendapatkan sifat-sifat tanaman yang diharapkan bagi peningkatkan daya saing produk hortikultura Indonesia, yaitu melalui pemuliaan mutasi. Tulisan ini tersedia lengkap
dalam bentuk file pdf dan ppt presentasi.
dalam bentuk file pdf dan ppt presentasi.
Hortikulutura
secara istilah diartikan sebagai suatu kegiatan budidaya tanaman kebun. Namun
dalam agronomi bidang hortikultura hanya mencakup tanaman-tanaman perisabel
(mudah rusak), yaitu tanaman buah, bunga, sayuran, obat-obatan (biofarmaka) dan
tanaman hias (lanskap). Komoditas hortikultura dibutuhkan dan mendapatkan
posisi penting dalam kehidupan masyarakat, antara lain untuk keperluan konsumsi
rumah tangga, industri, dan ekspor. Oleh karenanya, komoditas ini memiliki potensi
pasar yang besar.
Sebagaimana
potensi pasarnya yang besar, volume produksi hortikultura Indonesia senantiasa menunjukan
pergerkan positif. Meski demikian, neraca perdagangan menunjukan volume impor yang
lebih banyak dibandingkan dengan ekspor (Agri, 2011). Daya saing yang rendah menyebabkan
lemahnya permintaan ekspor produk hortikultura domestik terhadap impor. Beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa produk-produk hortikultura Indonesia
memiliki daya saing yang rendah di pasar internasional dalam satu dekade
terakhir, yaitu pada komoditas sayuran (Gumilar, 2010), buah-buahan (Siregar,
2010), tanaman hias (Agri, 2011), dan jahe (Amelia, 2009). Apabila tidak segera
ditanggulangi maka ancaman terhadap eksistensi produk hortikultura Indonesia ini
dapat terus berlanjut baik di pasar domestik maupun internasional.
Untuk
dapat bertahan dalam pasar perdagangan bebas, Indonesia harus meningkatkan daya
saing produk hortikulturanya, baik dalam hal kuantitas atau pun kualitas produk
yang kurang sesuai dengan preferensi konsumen. Perubahan iklim, sosial budaya, dan kecepatan peningkatan
populasi ponduduk dunia juga menyebabkan pergeseran preferensi pasar lokal dan
global terhadap komoditas hortikultura ke arah efisiensi tanaman yang lebih
tinggi, spesifik lokasi, tahan cekaman lingkungan, dan dapat memenuhi kebutuhan
tertentu.
Perbaikan
sifat-sifat tanaman dapat diupayakan melalui rekayasa secara agronomis, atau
pun genetis melalui pemuliaan. Hasil rekayasa gronomis bersifat tidak stabil.
Di lahan, penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT) dalam skala besar juga dapat
membahayakan lingkungan. Melalui pemuliaan tanaman, sifat hasil rekayasa dapat
diupayakan menjadi lebih stabil dan aman bagi lingkungan.
Dalam
pemuliaan tanaman, untuk mendapatkan sifat-sifat yang diharapkan dibutuhkan
keragaman yang luas dan bervariasi dalam gene
pool. Kebutuhan tersebut secara konvensional dipasok dari suatu reservoir gene pool alami yang sudah ada pada
varietas kuno, varietas primitif, dan kerabat liar dari spesies yang telah dibudidayakan
(Brock, 1977). Keragaman alami dari sumber-sumber tersebut bersifat terbatas. Sehingga
beberapa sifat yang diharapkan mungkin tidak
dapat diperbaiki melalui persilangan dan seleksi saja. Selain itu, sifat-sifat
tanaman yang saling terpaut sering kali menyebabkan pemulia kesulitan untuk
mendapatkan suatu sifat tanpa mengubah sifat baik lainnya. Makalah ini
menawarkan alternatif metode lain untuk meningkatkan keragaman dan mendapatkan
sifat-sifat tanaman yang diharapkan bagi peningkatkan daya saing produk
hortikultura Indonesia, yaitu melalui pemuliaan mutasi.
Bagaimana tahap pemuliaan tanaman mutasi, teknik induksi mutasi, cara untuk meningkatkan efisiensinya, serta prospeknya untuk meningkatkan daya saing produk hortikultura dalam negeri, silakan unduh file lengkap di sini dalam bentuk file pdf atau ppt presentasi. Sebagian tanaman hortikultura mutan juga telah didata secara sistematis dalam software yang dapat di tinjau dari link ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik.