"salah satu amal yang tidak akan putus pahalanya meski manusia telah meninggal dunia adalah ilmu yang bermanfaat"

IMBIBISI


ABSTRAKSI
Praktikum Imbibisi Benih ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 16 Oktober 2011 di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat-alat yang digunakan dalam acara ini adalah petridish, timbangan elektrik, pisau, dan alat tulis. Bahan-bahan yang digunakan adalah aquades, tisu, benih kacang tanah (Arachis hypogeae), kedelai (Glycine max), dan jagung (Zea mays). Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui peran air dalam perkecambahan benih dan untuk mengetahui laju imbibisi beberapa jenis benih. Parameter yang digunakan adalah kadar air awal tiap benih dan berat benih setelah direndam dalam air selama 15 menit, 30 menit, 45 menit, dan 60 menit. Semakin tinggi kadar air benih mengakibatkan laju imbibisi semakin rendah. Laju imbibisi tercepat terjadi pada benih kedelai, diikuti benih kacang tanah, kemudian benih jagung.

RESUME “Status Interaksi antara Tektonik, Erosi, dan Iklim: Sebuah polemic”


Ahli geologi tektonik, dan Ahli Geomorfologi telah bergabung sejak 1988 dalam upaya untuk mengungkap keterkaitan antara tektonik dan iklim yang mempengaruhi erosi. Persamaan yang menggambarkan kesetimbangan ketiganya dengan baik adalah hukum gas mutlak:
PV = nRT .
P adalah tekanan, V adalah volume, n adalah jumlah mol gas, R adalah konstanta gas, dan T adalah temperatur absolut. Persamaan tersebut tidak memberikan gambaran penyebab atau efek, karena hanya merupakan kesetimbangan.
Konsep paling baik menggambarkan keadaan kesetimbangan adalah persamaan-isostasy. Isostasy bukan proses, tetapi itu ada. Pada skala waktu pendek (ribuan tahun), deformasi viskos dapat memperlambat tren ke arah ekuilibrium isostatic setelah mencairnya lapisan es Pleistosen. Dengan demikian, pada skala waktu seperti itu, perbedaan tekanan di astenosfer dilihat sebagai "mengemudikan" litosfer permukaan atasnya dan Kanada atau Fennoscandia ke atas. Pada skala waktu geologi lagi, litosfer dipertahankan sebagai isostasy dalam keadaan ekuilibrium; seperti hukum gas sempurna, "isostasy," sehingga sebenarnya tidak melakukan pengemudian apapun, namun hanya seperti peraturan lalu lintas dilarang "mengemudikan" mobil.
Tingkat erosi bisa berubah relatif cepat pada skala waktu geologi, misalnya karena beberapa perubahan iklim (misalnya, topan). Mnemonic yang ditawarkan untuk memahami hal tersebut, bahwa stormier iklim mempercepat erosi, tektonik dapat meningkatkan medan, dan kemudian mempengaruhi erosi, adalah sebagai berikut:
Presipitasi × Komponen gaya vertical dari kecepatan (gravitasi) = Jumlah banjir tiap presipitasi tahunan × Tingkat pemindahan batuan × Pergeseran tektonik.
Yang menarik disini adalah bahwa ekuilibrium tidak berlaku karena hal itu adalah keadaan sementara, karena perubahan tingkat erosi yang disebabkan oleh perubahan iklim terjadi lebih cepat daripada perkembangan lansekap. Selain itu, ada perbedaan antara persamaan (1) dan (2) yang tidak boleh diabaikan. Kelebihan persamaan (1) terletak dalam status yang menggambarkan masing-masing dari P, V, n, R (terutama), dan T. . Dalam persamaan (2), kelebihannya ada di pikiran pembaca, dan perkembagnan nyata dari persamaan tersebut mungkin akan muncul dengan memahami masing-masing dari P, V, n, R (sekali lagi, secara spesifik), dan T secara independen dari yang lain, tanpa mempelajari interaksi antara kelimanya.

Sumber:
Molnar, Peter. 2009. Status interaksi antara tektonik, erosi, dan iklim: Sebuah polemic. < http://216.7.177.8/gsatoday/archive/19/7/pdf/i1052-5173-19-7-44.pdf .>. GSA Today 11: 10-11. Diakses 1 November 2010.

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.)) SERTA PENGENDALIANNYA


Hama utama yang sering menyerang tanaman kacang hijau adalah Agromyza phaseolli (lalat kacang), penggerek polong Meruca testualitis dan Etiella zinckenella, kepik coklat Riptortus linearis Spodoptera sp, Plusia chalsites (ulat) dan kutu trips.
Selain kacang hijau, Agromyza phaseolli mempunyai tanaman inang lainnya yaitu: Kedelai, Kacang jago, Kacang tunggak, Kacang panjang, Kacang gude, Kacang Peda, dan Orok-orok. Tanda serangan awal berupa bintik-bintik putih pada kotiledon, daun pertama atau daun kedua, yaitu bekas tusukan alat peletak telur lalat. Tanda serangan larva pada kotiledon atau daun berupa telur atau garis lengkung berwarna coklat bekas gerakannya. Serangan larva sebelum umur 13 hari dapat menyebabkan kematian tanaman. Pada daerah endemik lalat bibit Agromyza phaseoli perlu tindakan perlakuan benih dengan insektisida Carbosulfan (10 g/kg benih) atau Fipronil (5 cc/kg benih).
Penggerek pucuk (Agromyza dolichostigma) tersebar di Formosa dan Indonesia. Serangga ini menyerang: Kacang Hijau, kedelai, Kacang Buncis, dan Kacang uci. Periode kritis tanaman terhadap serangan hama ini adalah 3-4 minggu untuk meletakkan telur-telurnya.
Penggerek batang (Melanagromyza sojae) tanaman inangnya yaitu: Kacang hijau, kedelai, Kacang gude dan Kacang uci. Lalat meletakkan telur pada tanaman muda, terutama yang berumur kurang dari 1 (satu) bulan. Jika serangan berat tanaman menjadi kerdil.
Hama-hama lalat kacang, lalat pucuk dan penggerek batang umumnya timbul pada saat cuaca kering dan didaerah dengan kesuburan tanah rendah. Untuk mengatasi hama-hama tersebut, dapat dilakukan dengan menggunakan varietas unggul yang tahan hama penyakit, Tanam serentak, Sanitasi tanaman terserang, serta Penyemprotan dengan insektisida apabila ditemukan intensitas serangan lebih besar dan tidak dapat dikendalikan dengan cara biologi.
Ulat grayak (Spodoptera litura) dapat hidup pada berbagai jenis tanaman, termasuk kacang tanah, kacang hijau, tembakau, Lombok, bawang merah dan ketela rambut. Larva muda hidup bergerombol memakan daun kecuali epidermis permukaan atas daun, sehingga dari jauh daun tampak berwarna keputuh-keputihan. Larva tua dapat memakan seluruh bagian helai daun muda, tetapi tidak memakan tulang daun tua. Larva dapat juga menyerang bunga dan polong muda. Serangan larva pada stadia pembungaan dan awal pembentukan polong dapat menggagalkan panen. Serangan pada tanaman muda dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan atau mematikan tanaman.
Ulat jengkel (Chrysodeixis chacites) memiliki beberapa tanaman inang antara lain: Kentang, Jagung, Tembakau, Apel, Kacang tanah, Sayur-sayuran, Kacang Hijau, Kacang tunggak. Serangan larva muda menyebabkan bercak-bercak putih pada daun karena yang tinggal hanya epidermis dan tulang daunnya. Sedang larva yang lebih besar dapat menyebabkan daun terserang habis atau tinggal beberapa tulang daunnya saja. Serangan larva terjadi pada tanaman stadia vegetative dan generatif.
Penggerek polong (Etiella zinckenella) tersebar luas didunia, sedangkan E.hobsini hanya diAsia Selatan, Asia Tenggara dan Australia. Tanaman inang lainnya adalah: Kedelai, Kacang panjang, Kacang Tunggal, Kacang kratak, Kacang tanah. Seekor larva penggerek polong dapat merusak beberapa polong dan biji. Tanda serangan pada biji dan bunga adanya gerekan dan butiran karena berwarna coklat yang terikat oleh benang pintal.
Pengisap polong (Riptortus linearis) tersebar di India, Filipina dan Indonesia. Tanaman inangnya adalah: Kacang Hijau, Kedelai, Kacang Panjang, Kacang Tunggak, Kacang gude, dan Dadap. Kepik hijau (Nezara viridula) atau lembing hijau menyerang tanaman kedelai, kacang hijau, kacang tunggak, padi, orok-orok, jagung dan kapas. Imago Riptortus linearis maupun Nezara viridula mulai datang di pertanaman sejak pembentukan bunga. Akibat serangannya menyebabkan biji dan polong kempis, polong gugur, biji menjadi busuk, berwarna hitam, kulit biji keriput dan adanya bercak coklat pada kulit biji. Periode kritis tanaman terhadap serangan pengisap polong adalah stadia pengisian biji.
Pengendalian terhadap hama-hama perusak polong dilakukan dengan cara pergiliran tanaman, tanam serempak dan penyemprotan insektisida apabila ditemukan intensitas serangan penggerek polong 2 %, populasi pengisap polong dewasa sepasang pada umur 45 hari setelah tanam dan populasi kepik hijau dewasa sepasang pada umur 45 hari setelah tanam. Pengendalian hama secara kimia dapat dilakukan dengan insektisida seperti Confidor, Regent, Curacron, Atabron, Furadan, atau Pegassus dengan dosis 2-3 ml/liter air dan volume semprot 500-600 liter/ha.
Penyakit utama kacang hijau antara lain bercak daun Cercospora canescens (bercak daun), Scierotium rolfsii, busuk batang, embun tepung Eryshipe polygoni, dan penyakit puru Elsinoe glycines. Pengendalian dilakukan dengan menanam varietas yang tahan penyakit atau dengan menggunakan fungisida. Pengendalian dengan penyemprotan fungisida seperti: Benlate, Dithane M-45, Baycor, Delsene MX 200 atau Dconil pada awal serangan dengan dosis 2 g/liter air. Penyakit embun tepung Erysiphe polygoni sangat efektif dikendalikan dengan fungisida hexaconazol yang diberikan pada umur 4 dan 6 minggu. Penyakit bercak daun efektif dikendalikan dengan fungisida hexalconzol yang diberikan pada umur 4, 5 dan 6 minggu. Beberapa varietas unggul tanaman kacang hijau tahan penyakit yaitu:

Varietas
Sifat Khusus
Murai
Tahan Penyakit bercak daun
Perkutut
Tahan penyakit embun tepung; agak tahan penyakit bercak daun
Kenari
Tahan terhadap penyakit bercak daun; toleran terhadap penyakit karat daun
Sriri
Tahan penyakit embun tepung
Manyar
Tahan penyakit bercak coklat daun
Nuri
Tahan penyakit bercak coklat daun
Walet
Tahan penyakit bercak coklat daun
Parkit
Tahan penyakit embun tepung
Merpati
Tahan penyakit embun tepung dan bercak coklat daun
Sriti
Tahan penyakit embun tepung dan bercak coklat daun
Murait
Tahan penyakit bercak daun Cercospora
Perkutut
Tahan penyakit Embun Tepung dan agak tahan terhadap bercak daun
Kutilang
Tahan penyakit Embun tepung
Fore Belu
Tahan penyakit Karat dan cukup tahan terhadap kekeringan.
Vima-1
Tahan penyakit Embun tepung


 
REFERENSI

Hartoyo, Dwi. 2011. Budidaya Kacang Hijau. < http://www.htysite.com/budi%20daya%20kacang%20hijau.htm >. Diakses 31 Oktober 2011.

B4KKAB SULSEL. 2011. Budidaya Kacang Hijau. < http://bp4kkabsukabumi.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=273 >. Diakses 31 Oktober 2011.

Arief. 2010. Budidaya Kacang Hijau. < http://epetani.deptan.go.id/budidaya/list/Kacang-kacangan >. Diakses 31 Oktober 2011.


BPTP SULSEL. 2011. Pengendalian Jasad Pengganggu Hama Utama Kedele dan Pengendaliannya. < http://sulsel.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=126%3Abudidaya-kedele&catid=47%3Apanduanpetunjuk-teknis--brosur-&Itemid=53&limitstart=4>. Diakses 31 Oktober 2011.

BPTP SULSEL. 2007. Budidaya Kacang Hijau. < http://sulsel.litbang.deptan.go.id/index.php?view=article&catid=48%3Apanduanpetunjuk-teknis-leaflet&id=143%3Abudidaya-kacang-hijau>. Diakses 31 Oktober 2011.


Baca juga

Kerja Sambilan Mudah dan Halal di Survei Online Berbayar #1

Mendapatkan bayaran dari mengisi survei sudah bukan hal asing . Lebih dari 70% orang online untuk mengisi survei . Mereka biasanya menj...