Biasanya media cair digunakan dalam
kultur in vitro untuk tujuan
perbanyakan dari eksplan kalus atau suspensi sel. Namun sebagaimana mahluk
hidup lazimnya, sel-sel tersebut membutuhkan oksigen untuk respirasi yang
ketersediaannya di dalam media cair sangat terbatas, sehingga untuk
meningkatkannya biasanya botol di-gojog
di atas shaker. Namun bagaimana jika eksplan yang digunakan berupa embrio atau meristem?
Eksplan seperti embrio dan meristem
membutuhkan cairan yang mudah di-absorbsi dalam jumlah yang cukup secara terus
menerus. Sedangkan cairan dalam media padat dan semi-padat sekalipun sebenarnya
sulit untuk di-absorbsi oleh permukaan jaringan karena kuatnya ikatan air dalam
bentuk gel, sementara dengan media cair eksplan menghadapi resiko keracunan dan
pecah sel jika terendam.
Beberapa peneliti pernah melporkan penggunaan
teknik kultur meristem yang cukup unik. Sharmin et al. (2008) misalnya, eksplan yang digunakan merupakan jaringan
meristem hasil isolasi dari ujung tunas Terung. Potongan meristem diletakkan
secara hati-hati di atas sebuah jembatan. Jembatan dibuat dari kertas saring
yang diposisikan di dalam wadah pembudidayaan membentuk lengkungan atau
lekukan, sehingga ada bagian dari kertas saring yang terendam cairan, ada juga
bagian yang melayang di atasnya (Gambar 1). Posisi seperti ini secara langsung
menjadikan kertas saring sebagai sumbu yang memungkinkan cairan merambat
melalui celah-celah kecil pada kertas saring secara terus menerus sebagaimana teori
fisika kapilaritas. Menggunakan teknik
ini, Sharmin et al. (2008) berhasil
meregenerasikan 8,5-93,85% meristem Terung dalam 6-18 hari, tergantung jenis
Terung dan zat pengatur tumbuh (ZPT).
Gambar 1. Penanaman meristem terung dengan teknik jembatan kertas saring (Sharmin et al. 2008) |
Teknik penanaman in vitro model jembatan
kertas saring (filter paper bridges)
ini memang tidak umum, sehingga penyebutan ‘media’ dalam laporan-laporannya juga sedikit
rancu. Kebanyakan peneliti menyebutkan bahwa media yang digunakan adalah MS
cair(liquid), namun model jembatan
yang dibuat menunjukkan bahwa MS cair dalam hal ini tidak berfungsi sebagai
media, melainkan hanya sumber nutrisi, sementara media yang digunakan adalah
kertas saring. Meski jarang digunkan dan
tata bahsanya agak rancu, namun teknik ini sebenarnya sudah tidak asing dalam ilmu
budidaya jaringan. Berikut beberapa peneliti lain yang juga menggunakan teknik ini
beserta foto-foto laporannya: Nagib et al.
(2003) (Gambar 2), Alam et al.(2013)
(Gambar 3), dan Clarke et al. (2006) (Gambar
4).
Gambar 1. Penanaman meristem kentang dengan teknik jembatan kertas saring (Nagib et al. 2003) |
Gambar 1. Penanaman meristem kentang dengan teknik jembatan kertas saring (Alam et al. 2013) |
Gambar 1. Penanaman embrio kacang arab dengan teknik jembatan kertas saring (Clarke et al. 2006) |
Referensi:
- Alam, I., S.A. Sharmin, M.K. Naher, M.J. Alam, M. Anisuzzaman, and M.F. Alam. 2013. Elimination and detection of viruses in meristem-derived plantlets of sweetpotato as a low-cost option toward commercialization. Biotech 3: 153–164.
- Clarke, H.J., J.G. Wilson, I. Kuo, K.H.M. Siddique. 2006. Embryo rescue and plant regeneration in vitro of selfed chickpea (Cicer arietinum L.) and its wild annual relatives. Plant Cell Tissue and Organ Culture 85: 197-204.
- Nagib, A., S.A. Hossain , M.F. Alam , M.M. Hossain , R. Islam and R.S. Sultana. 2003. Virus Free Potato Tuber Seed Production Through Meristem Culture In Tropical Asia. Asian Journal of Plant Sciences, 2: 616-622.
- Sharmin, S.A., A.H. Kabir, A. Mandal, K.K. Sarker & M.F. Alam. 2008. In vitro Propagation of Eggplant through Meristem Culture. Agriculturae Conspectus Scientificus 73: 149-155.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik.