Fotografi
dalam lingkungan in vitro hampir
tidak pernah disentuh oleh bidang keilmuan atau seni manapun. Padahal, gambar merupakan
komponen utama dalam data hasil
penelitian budidaya tanaman in vitro
yang biasanya didominasi analisis deskriptif, seperti misalnya warna kalus.
Banyak
faktor menyebabkan teknik fotografi umum tidak bisa langsung diterapkan di
lingkungan in vitro, sehingga tidak jarang
peneliti pemula harus menghabiskan waktu hanya untuk coba-coba mendapatkan
gambar dengan detil yang baik. Faktor-faktor penyulit yang membedakan fotografi
di lingkungan in vitro dengan ex
vitro antara lain:
- Obyek
foto berada di dalam botol kaca tertutup, dan tidak boleh dikeluarkan dari
dalam botol kecuali secara aseptik, sehingga secara teknis fokus kamera pada
obyek terhalang oleh kaca (Gambar 1).
Gambar 1. Botol pembudidayaan disegel rapat untuk menjaga kondisi aseptik di dalamnya. Obyek foto berada di dalam botol, tidak boleh dikeluarkan begitu saja. - Tempat pengambilan gambar biasanya adalah ruang inkubasi yang mendapatkan intensitas pencahayaan tinggi (biasanya sekitar 1000 lux) dari segala sisi, sehingga sulit untuk menentukan arah datangnya cahaya.
- Kadang
tunas atau kalus tumbuh melawan arah gravitasi, sehingga gambar harus diambil dari
arah bawah, padahal jika posisi botol dibalik bisa jadi isi botol ikut jatuh
dan hancur (Gambar 2).
Gambar 2. Sebagian tunas tumbuh ke arah bawah, sehingga tidak tertangkap kamera dengan jelas ketika ganbar diambil dari atas - Suhu
udara rendah yang terperangkap dalam botol tertutup rapat biasanya mengakibatkan
terjadi kondensasi. Kondensasi berlebih sangat mungkin menyebabkan seluruh permukaan
dalam botol tertutup embun, sehingga semakin menghalangi pandangan terhadap
obyek (Gambar 3).
Gambar 3. Kondensasi berlebih di dalam botol
Hambatan-hambatan
itu mungkin tidak terlalu masalah jika yang diambil gambarnya hanya beberapa botol
contoh, namun bagaimana jika semua botol tanaman yang diuji harus diambil
gambarnya? Misalnya untuk penelitian pemuliaan yang membutuhkan data per
individu. Saya pernah cukup dibuat depresi karenanya, sampai mencoba meminta
tolong pada seorang teman yang biasanya bisa diandalkan dalam fotografi seputar
pertanian, namun hasilnya pun nihil. Setelah melalui serangkaian diskusi dengan
rekanan satu laboratorium serta coba-coba, akhirnya bisa juga membuahkan hasil
gambar yang cukup lebih baik. Berikut tips dan triknya:
- Buat
semacam kotak studio foto kecil yang cukup untuk memposisikan botol, mengurangi
pencahayaan, dan mengambil gambar. Saya membuatnya dari karpet puzzle yang
dibentuk kubus dengan membiarkan dua sisi terbuka (Gambar 4).
Gambar 4. Kotak studio foto in vitro - Atur latar belakang obyek dengan menggunakan bahan tanpa corak (polos), dan sebisa mungkin berwarna biru atau merah menyala. Kedua warna tersebut menghasilkan gambar paling baik dengan warna obyek yang lebih akurat. Warna putih bisa digunakan jika obyek berwarna kontras. Bahan yang digunakan bisa apa saja, namun biasanya yang paling baik adalah kain.
- Tempatkan kotak studio foto di satu sisi pinggir ruangan sehingga tidak ada cahaya yang datang dari sisi belakang kotak.
- Pada saat mengambil gambar, posisikan botol lebih dekat ke arah salah satu bukaan kotak sehingga cahaya dapat mengarah langsung ke obyek.
- Posisikan kamera agak jauh dari botol, ambil jarak sekitar 10-25 cm, dan atur fokus lensa dari jarak tersebut. Jarak kamera yang terlalu dekat dengan botol hanya akan mengaburkan pandangan terhadap obyek karena pengaturan fokus lensa pada jarak tersebut dikacaukan oleh adanya penghalang botol kaca.
- Sebisa mungkin jangan pernah gunakan lampu flash. Cahaya lampu flash biasanya mengacaukan akurasi warna obyek. Cukup manfaatkan cahaya yang sudah ada di ruangan saja.
- Jika permukaan dalam botol dipenuhi embun, posisikan botol sedikit mendongak (dinaikkan menggunakan ganjalan atau tangan), lalu ambil gambar dari sudut agak bawah sehingga obyek tampak dari bagian bawah. Jika diperhatikan, bagian botol yang paling sedikit atau tidak tertutup embun adalah bagian bawah yang dekat permukaan media. Kondisi ini disebabkan peningkatan suhu di bagian bawah botol dari aktivitas respirasi eksplan, sehingga kondensasi terjadi lebih besar di bagian atas, sedangkan di bagian bawah kondensasi lebih lambat dari pada alirannya ke permukaan media (Gambar 5).
Gambar 5. Hasil foto dengan posisi botol agak mendongak - Selain di ruang inkubasi, pengambilan gambar juga bisa dilakukan di ruang transfer sembari dilakukan penanaman atau pindah tanam, yaitu saat eksplan diletakkan di atas talenan atau cawan petri (Gambar 6). Namun cara ini hanya bisa dilakukan menggunakan kamera DSLR karena jarak obyek akan sangat jauh dari kamera. Selain itu, perlu diperhatikan bahwa gambar tetap harus diambil dari luar laminar, dan pastikan semua perangkat kamera, aksesoris, dan pakaian yang digunakan semuanya bersih ya..
Gambar 6. Persiapan sebelum eksplan diletakkan di atas cawan petri (transfer)
Demikian
tips berdasarkan pengalaman saya di Laboratorium Budidaya Jaringan Fakultas Pertanian
UGM. Punya pengalaman berbeda atau tips lainnya? Sharing yuk di kolom komentar
:D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik.