ASI
adalah yang terbaik bagi bayi. Semua setuju tentang ini. Namun nyatanya, berbagai
kendala kurangnya produksi ASI sering kali membuat orang-orang berkata lain. Hampir
setiap ibu sempat mengalami penurunan produksi ASI secara drastis setelah
beberapa bulan pertama menyusui. Sebagian ibu memberikan ASI apa adanya tanpa
usaha ekstra karena memang dirasa sudah mencukupi permintaan si kecil. Sebagian
ibu lainnya karena berbagai alasan akhirnya menambal ASInya dengan susu formula.
Namun ada pula sebagian ibu yang terus berupaya menggenjot produksi ASI dengan
berbagai cara, saya bersyukur meski si kecil terus merasa kurang dengan ASI
yang tersedia, saya masih bisa termasuk kelompok yang terakhir ini.
Produksi
ASI saya menurun drastis memasuki bulan kedua menyusui dan terus menurun setelah
selesai nifas. Padahal tidak ada yang berubah dengan gaya hidup, pola makan, pola
pikir, semua terasa masih sama. Bahkan suplemen pelancar ASI pun masih terus
rutin saya konsumsi dengan membelinya sendiri di toko obat setelah tablet
pelancar ASI dari Rumah Sakit habis. Saya pun mencoba menambah nutrisi dari
makanan-makanan alami yang katanya dapat melancarkan ASI, beberapa sangat
manjur, seperti pare dan kacang-kacangan, tapi yang lainnya tidak banyak
berpengaruh. Saya pikir tidak mungkin saya harus makan pare dan kacang setiap
hari, yang ada malah bisa jadi mood
makan saya drop. Setelah itu saya
coba ganti merk pelancar ASI, kalau-kalau sebenarnya pelancar ASI yang saya
konsumsi selama ini kurang efektif.
Lebih
kurang lima bulan saya habiskan untuk mencoba beberapa merk pelancar ASI sambil
mengamati reaksinya. Hasilnya, semua merk yang saya coba itu manjur. Semuanya
sama-sama berhasil melancarkan ASI. Hanya saja ada satu perbedaan mencolok antar
merk, yaitu kecepatan reaksinya. Reaksi paling cepat melancarkan ASI saya
dapatkan dengan pill ASI produksi Borobudur.
Pascanifas
pada kondisi normal tanpa minum suplemen pelancar apapun pengisian ASI di
payudara saya perlu waktu setidaknya 3-4 jam, bahkan pada masa menstruasi bisa sampai 6-7 jam, dan tetap tidak bisa
keluar meski terus berupaya dihisap. Beberapa merk pelancar asi dengan
kandungan utama daun katuk yang saya coba efektif melancarkan ASI setelah 6-24
jam pemakaian pertama, dan 3-4 jam setelah pemakaian rutin, tidak berbeda
dengan waktu pengisian ASI saya saat kondisi normal. Untuk kebanyakan kasus yang
pada umumnya bayi menyusu 3-4 jam sekali interval ini mungkin dianggap sudah
cukup. Tetapi bagi si kecil Haidar yang kabelan
mimik, itu sangat sangat kurang.. Karena interval menyusunya setiap satu jam, jadi
jika saya lupa tidak minum sekali saja si kecil Haidar harus puasa dulu
beberapa jam bahkan bisa sampai setengah hari. Kasihan sekali...
Kenampakan kemasan ASI 100 Pil Borobudur yang terdaftar POM (lihat bagian bawah kemasan) dan dikatagorikan jelas sebagai produk jamu (lihat bagian kiri atas kemasan) |
Kecepatan
melancarkan yang menakjubkan saya dapatkan setelah penggunaan rutin ASI 100
Pil Borobudur. Segera, tidak sampai satu jam setelah minum pill ini ASI bisa
langsung lancar keluar, terisi ulang penuh setiap satu jam berikutnya, dan juga
langsung mengisi kembali setiap dihisap. Pun jika sesekali saya lupa tidak minum
pill ini, ASI masih bisa lancar keluar setidaknya sampai giliran jadwal minum
berikutnya. Penasaran apa yang membuat pill ASI ini sangat berbeda, saya pun
melihat komposisi yang tercantum pada kemasan. Ternyata, tidak seperti pelancar
ASI lain yang umumnya hanya mengandung daun katuk saja, pill ASI Borobudur justru
tidak mengandung daun katuk, melainkan campuran berbagai macam herbal lain yang meski tidak sepopuler
daun katuk namun kesemuanya juga dikenal berkhasiat untuk melancarkan produksi
ASI dan meningkatkan nafsu makan, mulai dari daerah sampai mancanegara, yaitu:
- Elephantopi folium (daun Tapak Liman)
- Erytrinae folium (daun Dadap)
- Ocimi bacilici folium (daun Basil)
- Coriandri fructus (buah Ketumbar)
- Foeniculi fructus (buah Adas)
- Usneae thallus (talus Kayu Angin)
- Alyxiae cortex (kulit Pulasari)
Komposisi herbal ASI 100 Pil Borobudur dari kiri atas ke kanan bawah: Tapak Liman, Dadap, Basil, Ketumbar, Adas, Kayu Angin, dan Pulasari. |
Selain
dari komposisinya yang berbeda, kerja cepat ASI 100
Pil Borobudur ini bisa jadi juga disebabkan bentuknya yang sederhana berupa
padatan bahan tanpa kapsul sehingga daya larutnya lebih cepat. Tetapi untuk
mencoba suplemen pelancar yang tergolong sebagai jamu ini bersiaplah merasakan
pahit karena selain tidak ada selubung kapsul, dosis sekali minumnya juga cukup
banyak, lima pil sekaligus dalam sekali minum, dengan frekuensi penggunaan kurang
lebih 2 kali sehari.
Bentuk ASI 100 Pil Borobudur yang pada pandangan pertama agak meyeramkan. Tapi kalau sudah terbiasa rasanya akan biasa saja kok :) |
Pada
awalnya saya minum ASI 100
Pil Borobudur ini sesuai dosis anjuran standar 2 kali sehari. Namun karena produksi
ASI yang semakin menurun pascanifas saya pun meningkatkan dosisnya menjadi 3-4
kali sehari atau setiap 6 jam. Bahkan setiap menjelang, setelah, dan selama masa
menstruasi saya harus meningkatkan dosisnya sampai 5-6 kali sehari atau setiap
4 jam karena keringnya ASI yang terlalu parah. Meski sedemikian tinggi dosis yang
saya minum, selama ini konsumsi pil ini rasanya tidak memberikan efek samping
apapun baik bagi diri saya maupun si kecil. Pada keuangan keluarga pun saya
tidak pernah khawatir akan mengakibatkan sakit kantong kering alias tekor, karena harga pil ini sangat
terjangkau. Satu dus ASI 100
Pil Borobudur berisi 100 pil yang sama dengan dosis 20 kali pemakaian
harganya tidak sampai 15 ribu. Untuk pemakaian 2 kali sehari berarti satu dus pil
ini cukup untuk 10 hari, atau dengan kata lain saya hanya perlu membeli 3 dus
untuk setiap bulannya. Untuk pemakaian 4 kali sehari pun saya hanya perlu
membeli dua kali lipatnya, yaitu 6 dus untuk setiap bulan, yang jika ditotal
harganya sama dengan satu botol merk pelancar ASI paling mahal yang banyak
tersedia di apotek dan hanya cukup untuk pemakaian satu minggu. Hemat, kan?
Satu
hal yang sangat disayangkan dari ASI 100
Pil Borobudur adalah produk ini tidak dijual di apotek-apotek biasa,
kecuali apotek yang memang biasa menyediakan produk jamu, atau di toko khusus
jamu-jamuan. Padahal tidak di semua daerah ada toko jamu, sehingga saya tidak
bisa dadakan membelinya saat kehabisan. Maka saya beli borongan lah pil ini
dari perusahaannya langsung untuk persediaan 3 bulan sekaligus, toh masa kadaluarsanya sangat lama, 3
tahun dari tanggal produksi. Aman.. Nah, kalau Bunda ingin mencoba, atau malah ingin
memborong sekalian seperti saya, sangat boleh sekali, silakan cek di toko
online kami di sini atau untuk Bunda yang berdomisili di Yogyakarta dan
Temanggung boleh juga COD di alamat kami ini.
Borong pil ASI untuk stok 3 bulan dapat hadiah portable hand mixer dan gantungan kunci, untung banget dah. |
Poin
penting yang perlu dicatat, adalah bahwa fungsi herbal pelancar ASI seperti ASI 100
Pil Borobudur ini hanya dapat efektif melancarkan dan meningkatkan produksi
ASI jika bahan untuk memproduksi ASI dari tubuh bunda tersedia. Jika tubuh
bunda sendiri kekurangan nutrisi, baik itu zat gizi maupun air, lalu apa yang
akan digunakan untuk memproduksi ASI? Maka dari itu, semestinya penggunaan
herbal ini juga ditunjang dengan konsumsi air dan makanan bergizi seimbang
dalam porsi lebih banyak dari biasanya atau yang sekiranya dapat mencukupi dua
tubuh, tubuh bunda dan si kecil. Saya pun demikian, berapa banyak pun pelancar
ASI yang saya minum tidak berguna ketika saya puasa (dulu pernah coba puasa
karena terpaksa yah.. ada lah), atau ketika saya membiarkan diri kelaparan
kehausan dalam waktu lama.
Yap,
akhirnya demikianlah pengalaman saya berburu pelancar ASI yang akhirnya terhenti
pada ASI 100
Pil Borobudur. Bagaimana dengan pengalaman Bunda? Share yuk di sini..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik.