Siapa yang bisa memungkiri
pentingnya menabung? Namun siapa juga yang bisa menjalankan program nabung
dengan mudah? Sekalinya sudah berniat pasti ada saja halangannya. Terlebih
kalau pedapatan minim, makin pikir-pikirlah kita, buat makan saja pas-pasan,
mana cukup buat nabung segala..??!? Kalau menurutmu kondisi keuanganmu
sedemikian menyedihkannya, mungkin kamu perlu mencoba tips menabung yang satu
ini ;)
Latar
Belakang Kewajiban
Dulu, kondisi keuangan saya bisa
dibilang cukup menyedihkan. Sebagai anak kos, saya hanya punya jatah 50 ribu
rupiah untuk makan dan transport seminggu. Tapi mengingat penghasilan ayah saya
bersifat ‘kagetan’ – kadang ada kadang kosong sama sekali – maka menabung bagi
saya adalah wajib.
Segala metode saya coba agar bisa
menabung secara konsisten, mulai dari membuka rekening tabungan di bank tanpa kartu atm,
membuat RAPBN (Rencana Anggaran Pendapatan Belanja dan Nabung), memilah uang
yang sudah dianggarkan ke dalam amplop-amplop tersendiri, menitipkan uang pada
teman dalam bentuk pinjaman lunak, sampai menyelipkan uang secara ‘sembarangan’
di tempat-tempat persembunyian harta karun seperti di kaleng biskuit, botol air
minum, tempat pensil, kantong baju yang jarang dipakai, laci yang jarang
dibuka, tas yang tidak terpakai, dan di antara lembaran buku bersejarah.
Apakah kamu juga pernah melakukan
cara-cara menabung seperti itu? Kalau saya sejauh ini hampir semua tidak
berhasil. Akhirnya semua rencana selalu terbengkalai, banyak pinjaman tidak
kembali, dan harta karun itu pun terpakai saat kebetulan menemukannya.
Akhirnya saya pun sadar, ternyata,
latar belakang kewajiban justru cenderung membuat seseorang tidak bisa
melakukan sesuatu secara konsisten. Akan selalu ada satu titik yang membuat
kewajiban itu terasa jenuh, memberatkan, atau tergoda untuk melenceng. Bahkan untuk
kewajiban yang disetting oleh diri
sendiri.
Merubah
Orientasi Kaprah
Sewaktu masih kanak-kanak kita
diajarkan untuk terbiasa menabung. Apapun halang rintang menghadang kas buku tabungan harus diisi setiap bulan. Tapi
kita tidak diajarkan hakikat menabung itu sendiri, yaitu membuat prioritas anggaran
/ alokasi keuangan dengan setulus hati dan bahagia.
Dewasa ini, kita terlanjur hidup
dengan orientasi menabung yang sudah kaprah. Bahwa menabung adalah kebutuhan,
kewajiban, keharusan. Kesenangan menabung adalah karena esok hari akan ada
hasil yang kita petik. Kapan waktu pastinya ‘esok’ itu, kita sendiri juga yang
tentukan suka-suka. Apakah ini salah? Tentu tidak. Hanya kurang baik saja. Hehe..
bukankah akan lebih baik jika kita menabung karena kesenngan, hobi, dan hati
yang suka rela tanpa tekanan kewjiban? Dengan tetap memiliki tujuan yang jelas
tentunya.
Namun demikian, untuk merubah
orientasi seperti itu tidaklah mudah. Secara, bagaimana bisa kita senang untuk
menabung sementara saat ini banyak keinginan yang tidak terpenuhi, banyak
kebutuhan yang dikepres. Pada
saat-saat seperti itu, perang batin biasanya tidak bisa dihindarkan. Hingga akhirnya
anggaran tabunganlah yang
dikorbankan.
Menabung
dengan Cinta
Salah satu cara untuk bisa
menabung dengan mudah, bahagia, dan senang hati, adalah dengan cara membuatnya
tidak terasa sebagai suatu keharusan. Menjadikannya menyenangkan, bahakan
menjadikannya hobi, suatu kegiatan yang kita cintai. Setelah sampai pada
tingkatan hobi, menabung akan selalu terasa menyenangkan, dan konsistensi akan
lebih terjaga. Tanpa terasa, tabungan akan terus bertambah.
Sumber |
Mengamankan
Koin Keramat
Pertanyaannya kemudian, bagaimana
menjadikan sesuatu yang membuat kita tertekan sebagai hobi? Kalau saya, salah
satu caranya adalah dengan mengumpulkan dan mengamankan ‘koin keramat’.
Di antara cara menabung saya yang
masih bisa berjalan konsisten sampai sekarang karena ‘keajaibannya’ yang
membuat saya tidak pernah merasa menguras uang di dompet untuk menabung adalah
dengan cara mengamankan koin keramat. Saya sebut koin keramat sebenarnya bukan semata
karena itu koin kuno, melainkan nilainya secara perasaan dan kasat mata, alias
Asal Saya Suka (ASS). Hehe.. begini, misalnya saya suka uang-uang pecahan ini:
- Uang koin 50 rupiah warna kuning
- Uang koin 1.000 rupiah keluaran jaman dulu yang lingkarannya ada dua warna, putih di bagian luar dan kuning di bagian dalam
- Uang koin 500 rupiah warna kuning
- Uang koin 1.000 rupiah keluran baru
- Uang kertas 2.000 rupiah
- Uang kertas 20.000 rupiah keluaran baru
- Semua uang koin dan kertas yang masih kinclong tanpa gores sedikitpun
maka bila mendapatkan uang-uang
seperti itu akan langsung saya amankan dengan cara memasukkannya ke dalam wadah
tertentu yang sulit untuk dibongkar, atau sekalinya dibongkar akan rusak,
seperti misalnya celengan plastik. Dengan demikian, rasa cinta lah yang akan
menjaga tangan kita untuk tidak usil menggerogotinya.
Sumber |
Jangan
Lupa Pindahkan
Cara ini luar biasa manjur. Saya
berhasil mengumpulkan beberapa celengan sampai terisi penuh. Sayangnya, belum
sempat memindahkan ke bank atau brankas, dua celengan sudah keburu dicuri
orang. Sempat shock juga, karena
nilai uangnya bukan sekedar dari nominal rupiah yang terkumpul melainkan juga
kumpulan cinta yang dihimpun sedikit demi sedikit. Sekarang saya mulai lagi
dengan celengan ketiga.. heu heu
Jadi, perlu dicatat, bahwa biar
bagaimanapun celengan tidak bisa dijadikan tempat penyimpanan selamanya. Setelah
celengan penuh, kita bisa memilih produk penyimpanan selanjutnya yang lebih
aman. Ada banyak pilihan produk tabungan
dari berbagai bank dengan informasi lengkap di cermati.com. Melalui cermati.com kita bisa membandingkan satu
produk tabungan dengan produk tabungan lainnya dan memilih yang
paling sesuai dengan kebutuhan dan tujuan menabung kita.
Mirip
Numismatik
Boleh dibilang cara menabung
dengan mengamankan koin keramat ini mirip hobi numismatik (uang kuno). Tapi
bedanya, koin keramat tidak harus uang kuno, yang penting ASS (Asal Saya
Suka).. Hoho.. Mau mencoba? Uang pecahan apa yang kamu suka?
----
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik.