"salah satu amal yang tidak akan putus pahalanya meski manusia telah meninggal dunia adalah ilmu yang bermanfaat"

Kajian Pustaka Mengenai Potensi, rencana, dan Kendala Pembangunan serta Upaya Pemberdayaan Masyarakat Desa Hargobinangun, Kec. Pakem, Kab. Sleman

Kabupaten Sleman memiliki luas sekitar 57.482 Ha atau 18% dari luas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, meliputi 17 kecamatan dan 86 desa. Sleman memiliki tanah yang subur didukung oleh iklim yang cenderung tropis basah. Di bagian utara kabupaten ini merupakan pegunungan dengan puncaknya adalah Gunung Merapi. Di bagian selatan merupakan dataran rendah yang subur sehingga hampir setengah dari luas wilayahnya merupakan tanah pertanian yang subur.
Oleh-oleh salak pondoh (Sallaca edulis Reinw. cv. pondoh) telah menjadi kebanggaan masyarakatnya. Salak Pondoh dapat tumbuh hingga ketinggian 7 meter dengan umur mencapai puluhan tahun. Batang pohon ini tegak hampir tidak terlihat karena tertutup pelepah daun rapat dan berduri. Panjang tangkai daunnya hingga 3 meter dan helai daun bergaris lanset dengan panjang dapat mencapai 4 meter dan berujung runcing. Buah salak pondoh sendiri berwarna coklat kehitam-hitaman, berkulit sisik tersusun rapi serupa genting, panjang buahnya antara 2 hingga 7 cm. Rasa buahnya manis dengan ketebalan daging sekitar 1,5 cm dan telah diolah menjadi beragam makanan di banyak desa wisata di Sleman (Anonim, 2013a).
Tema Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2013 adalah "Penanggulangan Kemiskinan melalui penguatan ekonomi masyarakat yang didukung oleh kualitas kesehatan, pendidikan dan infrastruktur wilayah serta pelayanan birokrasi yang optimal". Di antara sasaran strategis dan indikator kinerja yang target capaiannya masih rendah adalah (Purnomo, 2013):
1.         Meningkatnya penanggulangan bencana pada daerah rawan bencana.
2.        Meningkatnya derajat kesehatan melalui penurunan angka kematian ibu, angka kesembuhan penderita TB dan BTA+, angka kesakitan DBD, dan prevalensi HIV.
3.        Pendidikan melalui rata-rata lama sekolah, rata-rata APM SMA/SMK, kelayakan mengajar guru SD, minat baca masyarakat, serta prestasi akademik dan non akademik siswa.
4.        Meningkatnya kualitas pelayanan terhadap PMKS melalui peran dan partisipasi masyarakat dalam menanggulangi PMKS, sumber potensi kesejahteraan sosial (karang taruna dan pekerja social masyarakat), serta usaha-usaha rehabilitasi dan cakupan sistem jaminan dan bantuan sosial.
5.        Meningkatnya pendapatan masyarakat dan menurunnya disparsitas pendapatan melalui PDRB per kapita (ADHB) dan angka Gini Ratio.
6.        Meningkatnya prasarana dan sarana jalan melalui kondisi jalan dan jembatan yang baik
7.         Meningkatnya kondisi prasarana dan sarana pemukiman.
8.        Meningkatnya kondisi sarana dan prasarana penanggulangan bencana.
9.        Meningkatnya prasarana dan sarana perekonomian.
10.     Meningkatnya pembangunan sumber energi terbarukan
11.     Meningkatnya partisipasi perempuan dalam pembangunan melalui keterlibatan perempuan dalam proses perencanaan dan monev pembangunan, akses perempuan dan kelompok perempuan dalam penguatan modal, serta persentase penduduk perempuan bekerja dari angkatan kerja.

Hargobinangun adalah satu dari lima desa di kecamatan Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Terletak di 110° 19’ 12” BT dan 07° 48’ 01” LS. Desa Hargobinangun memiliki luas wilayah 1430 Ha dan terdiri dari 12 padukuhan yaitu : Jetisan (kode wilayah: 34.04.16.2005.134.04.16.2005.1), Sawungan (kode wilayah: 34.04.16.2005.234.04.16.2005.2), Purworejo (kode wilayah: 34.04.16.2005.334.04.16.2005.3), Banteng (kode wilayah: 34.04.16.2005.434.04.16.2005.4), Boyong (kode wilayah: 34.04.16.2005.534.04.16.2005.5), Ngipiksari (kode wilayah: 34.04.16.2005), Kaliurang Timur (kode wilayah: 34.04.16.2005.734.04.16.2005.7), Kaliurang Barat (kode wilayah: 34.04.16.2005.834.04.16.2005.8), Pandanpuro (kode wilayah: 34.04.16.2005.934.04.16.2005.9), Randu (kode wilayah: 34          .04.16.2005.10), Tanen (kode wilayah:  34.04.16.2005.134.04.16.2005.11) dan Wonorejo (kode wilayah: 34.04.16.2005.134.04.16.2005.12) (Anonim, 2001; Anonim, 2013b).
Dusun Boyong

Kelompok peternak Sedyo Mulyo merupakan kelompok peternak sapi perah yang ada di Dusun Boyong, Desa Hargobinangun. Umur peternak sebagian besar (71%) berada pada usia produktif (30-50 tahun). Umur peternak berkaitan erat dengan kemampuan fisik dalam mengelola usaha ternaknya. Selain itu, pada usia produktif seseorang masih tergolong responsif terhadap inovasi baru. Peternak berusia tua umumnya menerima inovasi/perubahan agak lambat karena cenderung melaksanakan kegiatan yang sudah biasa diterapkannya. Sedangkan dari tingkat pendidikan sebagian besar (75%) berpendidikan Sekolah Dasar (SD), namun telah cukup berpengalaman dalam usaha ternak sapi perah yang dijalani (>15 tahun), sehingga walaupun tergolong lambat dalam menerima inovasi namun telah memiliki kemampuan pengelolaan usaha ternak yang cukup tinggi. Semua anggota kelompok menjual susunya ke koperasi melalui kelompok. Pada umumnya semua anggota sudah memahami dan menerima persyaratan standar yang harus dipenuhi terhadap kualitas susu yang disetor. Pemeriksaan yang biasa dilakukan pada saat disetor ke kelompok meliputi: penyaringan, pemeriksaan standar terhadap berat jenis (harus mencapai 20), dan kebersihan susu. Rendahnya harga susu berkaitan dengan kualitas pakan yang diberikan. Kualitas konsentrat, hijauan, serta suplemen lain masih sangat diperlukan untuk memberbaiki kualitas susu (Siswanto dkk., 2012).

Sitoresmi (2003), dalam penelitiannya yang bertujuan untuk membuat perancangan kombinasi penggunaan sumber daya usahatani secara optimal pada usaha ternak sapi perah rakyat dan usahatani tanaman salak pondoh pada Kelompok Tani Ternak Sedyo Mulyo, mengelompokkan kepemilikan ternak menjadi 3 strata, yaitu kepemilikan sapi laktasi 1 AU, 2 AU dan >2 AU. Hasil penelitian pada ketiga strata menunjukkan bahwa pendapatan maksimal selama 1 tahun diperoleh dengan 3 variabel penentu (basis) yaitu usaha ternak sapi perah (X1), produksi susu (X3) dan produksi pedet (X4) sedangkan variabel bukan penentu (non basis) adalah usahatani tanaman salak pondoh (X2) dan produksi salak pondoh (X5). Pendapatan maksimal pada strata 1 sebanyak Rp. 15.029.338 (meningkat 422,97% dari pola aktual), strata 2 sebesar Rp. 21.379.75021.379.750 (meningkat 286,23% dari pola aktual) dan strata 3 sebesar Rp. 25.448.85725.448.857 (meningkat 263,08% dari pola aktual). Pendapatan maksimal diperoleh jika mengusahakan ternak sapi perah laktsi sebanyak 3,71 AU (strata 1), 4,77 (strata 2) dan 6,53 (strata 3). Penggunaan tenaga kerja pria pada ketiga strata habis terpakai, sedangkan tenaga kerja wanita tersisa 13,71 HKP/th (strata 1), 23,65 HKP/th (strata 2) dan 28,32 HKP/th (strata 3). Penggunaan modal tersisa Rp. 1.643.523 (strata 1), Rp. 3.066.907 (strata 2) dan Rp. 4.054.975 (strata 3). Kombinasi optimal penggunaan sumberdaya dalam usaha ternak-tanaman ini dapat meningkatkan kontribusi pendapatan usaha ternak sapi perah, sedangkan usahatani tanaman salak pondoh tidak memberikan kontribusi yang positif. Hal ini berarti pendapatan maksimal diperoleh hanya dengan memanfaatkan sumberdaya untuk usaha ternak sapi perah.

Hasil kajian pendapatan usaha tani sapi perah pasca erupsi merapi di Dusun Boyong yang dilaporkan oleh Siswanto dkk. (2012) menunjukkan bahwa pendapatan dari usaha ternak sapi perah pada tingkat kepemilikan 5 ekor (dengan 3 ekor induk laktasi) menunjukkan nilai pendapatan positif. Proses input output atau BEP dapat berjalan apabila proporsi induk laktasi adalah 60% dari kepemilikan dengan produksi susu minimal 10 liter/ekor/hari. Pendapatan pada tingkat kepemilikan induk 7 ekor (dengan 3 ekor induk laktasi) maupun pemilikan 5 ekor (dengan 2 ekor unduk laktasi) menunjukkan nilai pendapatan negatif.

Dusun Banteng

Dusun Banteng memiliki posisi yang sangat strategis untuk pengembangan usaha, baik resort (penginapan), rumah makan, rumah oleh-oleh, aksesori, galeri atau stand usaha lainnya dalam sektor pariwisata. Hal ini disebabkan adanya Museum Gunung Merapi (MGM). Museum ini merupakan suatu obyek wisata edukasi yang berisi seluk beluk Gunung Merapi dan bencana yang ditimbulkannya. Dengan luas bangunan sekitar 4,470 yang berdiri di atas tanah seluas 3,5 hektar, museum ini ke depan juga akan dilengkapi dengan taman, area parkir, dan plasa. Museum Gunungapi ini dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan, penyebarluasan informasi aspek kegunungapian khususnya dan kebencanaan geologi lainnya yang bersifat rekreatif-edukatif untuk masyarakat luas dengan tujuan untuk memberikan wawasan dan pemahaman tentang aspek ilmiah, maupun sosial-budaya dan lain-lain yang berkaitan dengan gunungapi dan sumber kebencanaan geologi lainnya. Museum Gunungapi ini diharapkan dapat menjadi solusi alternatif sebagai sarana yang sangat penting dan potensial sebagai pusat layanan informasi kegunungapian dalam upaya mencerdaskan kehidupan masyarakat, serta sebagai media dalam meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat tentang manfaat dan ancaman bahaya letusan gunungapi serta bencana geologi lainnya (Anonim, 2009).

Dusun Banteng sebagai lokasi berdirinya MGM juga menghubungkan dua dusun lainnya, yaitu Boyong dan Ngipiksari. Hasil penelitian Wicaksono (2011) menunjukkan bahwa berbagai keterlibatan masyarakat setempat dalam pengembangan obyek wisata Museum Gunung Merapi menunjukan mereka mengetahui, mendukung dan ikut berpatisipasi dalam tiap tahapan program pembangunan dan pengembangan Museum Gunung Merapi (yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan). Tetapi warga sekitar belum dapat merasakan manfaat dari pembangunan obyek wisata MGM secara adil dan merata. Manfaatnya hanya baru dapat dirasakan secara langsung oleh sedikit warga sekitar saja. Pembangunan Museum Gunung Merapi yang belum selesai menjadi kendala tersendiri dalam menggerakkan perekonomian rakyat sekitar obyek wisata MGM. Kios yang semula dijanjikan untuk warga sekitar obyek wisata belum bisa direalisasikan. Dana yang begitu besar menjadi hambatan bagi pemerintah, sehingga proses pembangunan MGM dilakukan secara bertahap.

Suatu konflik didapati di Dusun Banteng dari laporan Nugroho (2013). Ratusan warga Padukuhan Banteng, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem mendatangi perusahaan CV Pakem Sari di Jl Kaliurang KM. 22, Minggu 2 Juni 2013. Kedatangan mereka untuk mempertanyakan izin perusahaan tersebut. Menurut salah satu warga yang bersebelahan dengan pabrik itu, Pratomo, dua pekan terakhir pabrik sudah beroperasi. Padahal belum ada kesepakatan dengan warga terkait izin operasional pabrik penggilingan batu tersebut. Upaya mediasi, lanjutnya sebenarnya telah ada antara dirinya dengan pemilik pabrik. Namun saat bertemu, pihak pabrik hanya mengatakan sedang uji coba alat penggilingan dan bukan produksi. Sementara pada 20 Maret lalu, warga setempat telah menyatakan menolak operasi perusahaan tersebut.

Dusun Ngipiksari

Ngipiksari merupakan dusun paling atas di kawasan kaliurang. Aktivitas Gunung Merapi biasanya tampak pertama kali dari dusun ini.

Dalam matriks pengembangan kawasan hortikultura 2010 untuk daerah Sleman, khususnya Hargobinangun, Pakem, dan Ngipiksari difokuskan pada tanaman krisan yang meliputi pelatihan, pengembangan varietas dan perbenihan (Anonim, 2010).
Di Barokah's Art & Craft, aneka bentuk kerajinan kayu lukis seperti boneka, kotak perhiasan, asbak, tempat tusuk gigi, mangkuk, topeng, sampai patung diproduksi setiap hari. Perintis Barokah's Art & Craft yang ada di Dusun Ngipiksari, Hargobinangun, Pakem, Sleman, Ahmad Barokah (35) mengungkapkan, bermacam kerajinan tersebut menggunakan kayu mahoni dan kayu jati sebagai bahan baku. Untuk motif, Ahmad banyak menggunakan motif tradisional dan alam pada produk-produknya. Produk-produk Barokah's Art & Craft sendiri sudah dipasarkan ke berbagai daerah di Indonesia, seperti Bali, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Batam, dan Bandung. Untuk pasar luar negeri, produk mereka banyak dipesan Korea, Jepang, dan Singapura (Rahadyanti, 2009).
Potensi budidaya ternak sapi perah di Sleman cukup menjanjikan, namun sayangnya sejumlah masalah masih menghinggapi sebagian besar peternak. Selain modal, pengelolaan ternak yang meliputi kandang dan pakan masih jauh dari standar. Hal tersebut dikatakan oleh Presiden Direktur PT Sari Husada, Budi Isman sesaat sebelum menyerahkan bantuan bantuan kepada peternak sapi perah di Sleman DIY berupa kandang sapi, kaleng susu, dan komputer. Bantuan tersebut sebagai sebagai upaya bagi peternak sapi perah agar bisa meningkatkan mutu dan produktivitas susu dari sapi perah mereka (Widiyarso, 2009).

Upaya-upaya Pembangunan Pedesaan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Pemberdayaan Masyarakat Desa

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) adalah lembaga atau wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitra pemerintah desa dalam menampung dan mewujudkan aspirasi serta kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan. LPMD mempunyai tugas menyusun rencana pembangunan secara partisipatif, menggerakkan swadaya gotong royong masyarakat, melaksanakan dan mengendalikan pembangunan. LPMD dalam melaksanakan tugas mempunyai fungsi: a) Penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembangunan; b) Penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam kerangka memperkokoh negara Kesatuan Republik Indonesia; c) Peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintahan kepada masyarakat; d) Penyusunan rencana, pelaksanaan, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif; e) Penumbuhkembangkan dan penggerak prakarsa, partisipasi , serta swadaya gotong royong masyarakat; dan f) Penggali, pendayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya alam serta keserasian lingkungan hidup (Basuki, 2012). Melalui forum LPMD, program-program pemberdayaan masyarakat oleh tim KKN mahasiswa dapat lebih terintegrasi dengan program pembangunan desa.

Pertanian Berkelanjutan dan Kemandirian Pangan

Pertanian berkelanjutan mengandung konsep dasar keseimbangan ekologi. Menurut Supriyandono (1998), pengelolaan ekosistem bertujuan untuk mempertahankan proses-proses yang kompleks dan saling bergantung satu dengan yang lain membentuk ekosistem hutan yang sempurna dan berfungsi baik dalam waktu yang panjang. Esensi dari mempertahankan integritas ekosistem adalah menjaga kesehatan lingkungan dari sistem itu sehingga ekosistem tersebut dapat mengakomodasi cekaman jangka pendek dan dapat mengadaptasi perubahan jangka panjang. Elemen kuncinya meliputi pemeliharaan keragaman biologi dan kesuburan tanah, konvensi variasi genetis dan penyebarannya melalui evolusi keragaman biologis untuk masa mendatang.

LEISA merupakan kegiatan pengoptimalan apa yang tersedia di lingkungan seperti sumber daya alam (tanah, air, tumbuhan, hewan dan lain-lain) dan sumber daya manusia (tenaga, pengetahuan dan ketrampilan) yang secara ekonomi dikatakan layak, mantap secara ekologis, disesuaikan menurut budaya dan sosial. Konsep ini merupakan konsep pertanian yang berkelanjutan, dimana dalam perjalanan menuju LEISA ditempuh jalan yang dinamakan PTP (Pembangunan Teknologi Partisipatoris). PTP adalah proses interaksi kreatif dalam masyarakat pedesaan di mana pengetahuan dan kearifan lokal dikombinasikan. Hal ini dimaksudkan dalam mencari solusi atas masalah petani yang bekerjasama dengan agen pembangunan untuk menganilis sistim agroekologi lokal, mendefinisikan masalah dan prioritas lokal, menguji coba dengan berbagai macam solusi potensial, mengevaluasi hasil dan mengkomunikasikan penemuan dengan para petani (Reijntjes et al., 1999).

Kesejahteraan masyarakat di sebagian besar negara berkembang ditentukan oleh beberapa faktor di antaranya yakni kesehatan dan kecukupan pangan. Ketika pemenuhan kebutuhan konsumsi setiap individu harus dipenuhi, maka peranan teknologi tepat guna dalam hal ini sangat dibutuhkan, terutama dalam rangka percepatan pengadaan pangan. Untuk menunjang kesejahteraan masyarakat, dapat dilakukan melalui penerapan Integrated Vertical Organic Edible Garden (IVOVEGA). Pertanaman vertikal mampu mengatasi keterbatasan lahan, air dan nutrisi, serta mengoptimasi pemanfaatan radiasi surya. Aplikasinya pertanaman vertikal pada lahan pekarangan atau kebun dengan menggunakan komoditas-komoditas yang biasa dikonsumsi. masyarakat setempat secara organik dan terpadu dapat memproduksi sumber karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan serat pangan yang cukup bagi setiap rumah tangga. Dengan menggunakan preferensi lanskap yang sesuai, pertanaman tersebut juga dapat berfungsi dari segi estetis untuk memenuhi kebutuhan psikologis, meningkatkan motitivasi, semangat dan etos kerja. Konsep IVOVEGA ini ketika diterapkan dalam kelompok dengan suatu visi dan misi tertentu yang ditetapkan secara bersama dapat meningkatkan partisipasi positif dan keterlibatan lebih banyak anggota masyarakat. Di dalam kelompok, efisiensi biaya dan kebermanfaatan hasil pertanaman juga dapat ditingkatkan.

Pengembangan UKM

Di kawasan Sengir dan Dayakan, Desa Sumberharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman terdapat potensi berupa hasil pertanian yang dapat diolah menjadi produk makanan yaitu garut, jagung dan ketela. Namun demikian, ada beberapa kendala yang menghambat berkembangnya usaha tersebut. Diantaranya yaitu kurangnya pengetahuan para pengrajin atau pengusaha dalam melakukan pengolahan garut mentah menjadi produk yang memiliki nilai jual lebih. Berdasarkan potensi yang ada dan kendala yang dihadapi, maka tim KKN UGM Sumberharjo 2009 berupaya untuk mambantu dengan mengadakan penyuluhan yang bekerja sama dengan dinas terkait yaitu Badan Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Permodalan Masyarakat (P2KPM) dan Dinas Kesehatan (Dinkes). Pada hari Jumat tanggal 24 Juli 2009 diadakan penyuluhan di dusun Dayakan pukul 15.00-17.30, dengan peserta para pengrajin UKM dari Dayakan dan Sengir serta dapur produksi Dome serta pembicara dari P2KPM yaitu Pak Dwijo. Penyuluhan tersebut berisi pembinaan UKM mengenai pemasaran, branding, packaging, pengolahan bahan makanan secara umum dan permodalan secara umum serta pemberian motivasi kepada para pengrajin. Dari penyuluhan tersebut, P2KM menawarkan bantuan dana pemberdayaan UKM yang dapat diajukan oleh kelompok UKM, kemudian tim KKN berusaha membantu dengan memfasilitasi kelompok UKM untuk pembuatan proposal dan berkordinasi dengan dinas terkait (Anonim, 2009b).

Alternatif Produk Olahan Susu

Para peternak sapi perah biasanya memasok susu perahannya ke koperasi daerah setempat, kemudian susu yang lolos kualifikasi akan didistribusikan ke perusahaan-perusahaan susu. Kemudian, susu yang sudah diolah inilah yang dikonsumsi masyarakat umum. Selain dikirim ke perusahaan susu, adapula susu yang diolah menjadi beberapa produk seperti dalam tulisan saya yang berjudul Alternatif Produk Olahan Susu di link ini.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2001. Daftar Nama Padukuhan Se-Kabupaten Sleman Berdasarkan Keputusan Bupati Sleman No. 35/Kep.KDH/2001. Diakses 12 Juni 2013.
Anonim. 2009a. Museum Gunung Api Merapi. < http://www.slemankab.go.id/572/museum-gunung-api-merapi.slm>. Diakses 19 Juni 2013.
Anonim. 2009b. Penyuluhan Pemasaran dan Branding UKM. < http://sumberkkn2009.blogspot.com/>. Diakses 12 Juni 2013.
Anonim. 2010. Matrik Produksi Buah Dukungan Pengembangan Kawasan Hortikultura. < http://hortikultura.litbang.deptan.go.id/downloads/Matrik_dukungan_kawasan.pdf>. Diakses 12 Juni 2013.
Anonim. 2013a. Sleman: Mengunjungi Desa Wisata dan Membeli Salak Pondoh. < http://www.indonesia.travel/id/destination/297/sleman>. Diakses 19 Juni 2013.
Anonim. 2013b. Kabupaten Sleman. . Diakses 12 Juni 2013.
Basuki, W. 2012. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa. < http://lpmdtlogoadi.blogspot.com/>. Diakses 12 Juni 2013.
Nugroho, J. 2013. Dinilai Belum Berizin, Pabrik Penggilingan Batu di Sleman Ini Didemo Warga. < http://www.sragenpos.com/2013/dinilai-belum-berizin-pabrik-penggilingan-batu-di-sleman-ini-didemo-warga-412269>. Diakses 20 Juni 2013.
Purnomo, S. 2013. Penetapan Kinerja Kabupaten Sleman Tahun Anggaran 2013.
Rahadyanti, A. 2009. Kayu Lukis, Unik dan Bernilai Seni Tinggi. < http://aldyttc.blogspot.com/2009/06/kayu-lukis-unik-dan-bernilai-seni.html>. Diakses 12 Juni 2013.
Reijntjes, C., B. Haverkort dan A. W. Bayer. 1999. Farming for the Future : An Introduction to Low External Input and Sustainable Agriculture (Pertanian Masa Depan : Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah, alih bahasa: Y. Sukoso). Kanisius, Yogyakarta.
Siswanto, T.J., I.W. Wiendarti, dan Gunawan. 2012. Pendapatan usaha ternak sapi perah pasca erupsi Merapi 2010 di Dusun Boyong, Hargobinangun, Sleman.
Sitoresmi, B. 2003. Analisis Perancangan Optimasi Usaha pada Petani Peternak KTT Sedyo Mulyo Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman. Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro.
Supriyandono. 1998. Pengelolaan ekosistem dan penerapannya di Indonesia. Buletin Kehutanan 35 : 48 – 55.
Wicaksono, H.W. 2011. Partisipasi Masyarakat Dalam Tahap Perencanaan, Pelaksanaan Dan Pemanfaatan Pengembangan Obyek Wisata Museum Gunung Merapi Di Dusun Banteng, Kelurahan Hargobinangun, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Universitas Sebelas Maret. Skripsi.
Widiyarso, J. 2009. Kandang Sapi Perah Harus Modern. < http://gudeg.net/id/news/2009/06/4601/Kandang-Sapi-Perah-Harus-Moderen.html>. Diakses 18 Juni 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik.

Baca juga

Kerja Sambilan Mudah dan Halal di Survei Online Berbayar #1

Mendapatkan bayaran dari mengisi survei sudah bukan hal asing . Lebih dari 70% orang online untuk mengisi survei . Mereka biasanya menj...