PT. BISI
Internasional, Tbk. merupakan perusahaan yang bergerak
dalam bidang perbenihan tanaman pangan dan hortikultura. Sebagai perusahaan
multinasional yang senantiasa mengikuti perkembangan teknologi dan memiliki
fasilitas laboratorium dan pabrik yang modern, PT. BISI International, Tbk.
telah mendapatkan kepercayaan dari pemerintah sebagai Instalasi karantina
tumbuhan dan memiliki wewenang untuk mengevaluasi kesehatan benih karena
memiliki Sertifikat Karantina Mandiri yang diterbitkan melalui SK Menteri tahun
2006.
Disamping itu PT. BISI International, Tbk. juga
mendapatkan Akreditasi Sistem Mutu dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura LSSM - BTPH pada tahun 2000. Juga pada tahun
2005 mendapat Sertifikat untuk Sertifikasi Sistem Managemen Mutu sesuai standar
SNI dan LSSM - BTPH dan KAN (Komite Akreditasi Nasional). Ditahun yang sama,
PT. BISI International, Tbk. mulai mengembangkan Eksport hingga ke Mancanegara
antara lain China, Philipina, Jepang, Vietnam dan Malaysia yang kemudian
dikembangkan lagi pemasarannya ke India pada tahun 2008. PT. BISI
International, Tbk. juga senantiasa melakukan pembaharuan izin-izin yang
dimiliki.
Praktikum lapangan ini diperlukan untuk mengetahui
metode deteksi patogen benih cabe serta permasalahan dan solusinya di PT. BISI
Internasional, Tbk.
Praktikum Lapangan
Patologi Benih Cabe dilaksanakan pada
tanggal 1 Desember 2012 di PT. BISI
Internasional, Tbk., Kediri, Jawa Timur. Pemberangkatan dilakukan pada tanggal 30 Oktober
2012. Kunjungan dilakukan selama sekitar lima jam. Observasi dilakukan di
pabrik dan laboratorium kemudian dilanjutkan dengan presentasi yang diberikan
oleh pihak PT. BISI dan Tanya jawab.
Lokasi praktikum lapangan dipilih di PT. BISI
Internasional Tbk. Kediri, Jawa Timur karena lembaga ini adalah lembaga pertama
yang telah mendapatkan izin karantina dari Menteri Pertanian Republik Indonesia.
Fasilitas dan manajemen mutu pun telah berstandar internasional sehingga layak
untuk dipelajari dan dijadikan perbandingan terhadap metode deteksi patogen
yang telah dilakukan dalam praktukum.
Dalam aspek patologi benih, PT. BISI berperan sebagai
instalasi karantina sekaligus pihak ke tiga yang telah diberi kewenangan untuk
mengangani tindak karantina tertentu. Tindak karantina yang dapat dilakukan ada
lima yang terkait degnan ekspor benih, yaitu pemeriksaan kesehatan benih,
pengamatan secara langsung di lapangan, perlakuan benih, pengasingan benih, dan
pemusnahan jika benih tidak mungkin lagi diselamatkan dengan cara perlakuan
apapun.
Tindak karantina sangat penting karena menentukan
keselamatan suatu Negara, oleh karenanya, tiga tindak karantina lain yang
terkait impor benih tetap ditangani oleh departemen pertanian, yaitu penahanan,
penarikan, dan pelepasan benih. Sedangkan untuk ekspor, tindak karantina harus
dilakukan karena adanya syarat ekspor benih, yaitu benih telah memiliki
sertifikat phytosanitary. Untuk mendapatkan sertifikat tersebut, benih harus
sudah melalui tahap pemeriksaan dan perlakuan kesehatan.
Salah satu benih tanaman sayur yang ditangani dan
diproduksi oleh PT. BISI adalah benih cabe. Patogen benih cabe yang sering kali
ditemukan antara lain Colletotrichum
capsici (pathek), Phytoptora (busuk daun), Fusarium oxysporium (layu fusarium), Ralstonia solanacearum
(layu bakteri), dan cendawan-cendawan lainnya. Namun demikian, PT. BISI tetap
dapat menjamin mutu produknya karena memiliki quality control (QC) yang lengkap, meliputi inspeksi di lapangan,
inspeksi dalam prossesing, dan inspeksi benih yang telah beredar di petani.
Setelah benih diterima, di pabrik dilakukan prosesing
yang meliputi pengayakan, Gravity
Sortation, Sizing, dan
pengeringan dengan mesin. Benih kemudian diuji kemurnian (Campuran Varietas
Lain/CVL), daya kecambah (Gaya Berkecambah/GB) dan kadar airnya (KA) di
laboratorium quality control.
Pengujian dilakukan secara periodik, biasanya untuk benih yang kadar
karbohidratnya rendah pengujian dilakukan setiap tiga bulan, sedangkan benih
yang kadar karbohidratnya tinggi pengujian dilakukan setiap enam bulan. Uji daya
kecambah dilakukan dengan metode yang dikenal dengan nama paper towel atau between
paper, top paper, metode pasir,
dan tetrazolium.
Pada metode uji perkecambahan between paper, sampel benih diatur dalam
baris-baris yang tidak boleh melebihi 4/5 bagian kertas perkecambahan, setelah
semua tertata bagian kertas yang kosong ditangkupkan di atas benih dan kemudian
digulung seperti gulungan handuk. Gulungan ditata dalam germinator dengan
kedudukan berdiri yaitu ujung kertas berada di bagian atas. Selama tujuh hari
dilakukan inkubasi lalu dilakukan identifiaksi jumlah benih yang berkecambah, bibit
normal, bibit abnormal, benih keras, benih segar tidak tumbuh, dan benih mati,
kemudian dihitung daya tumbuh benih berdasarkan benih yang berkecambah dengan normal.
Pada metode pasir, benih dikecambahkan dalam bak pasir dan dibenamkan sedalam 1
cm, selama 7 hari diamati dan diidentifikasi kecambah yang menjadi bibit
normal, bibit abnormal, benih keras, benih segar tidak tumbuh, dan mati.
Gambar 1 dan 2. Uji perkecambahan metode between paper dan top paper
Laboratorium QC tidak dapat melakukan pengujian hingga
aspek patologi. Untuk pengujian aspek patologis atau kesehatan benih ini, PT.
BISI memiliki instalasi tersendiri di Labooratorium Bioteknologi yang mendukung
untuk metode pengujian konvensional, ELISA, PCR, serta immunocapture-PCR. Metode
konvensional untuk uji kesehatan benih antara lain yaitu metode uji
perkecambahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, metode kertas saring,
dan PDA. Semua metode baik yang konvensional maupun modern digunakan karena
masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihannya sendiri. Metode konvensional
meskipun hasil diperoleh dalam waktu lama dan tenaga yang dibutuhkan banyak,
namun dapat dimanfaatkan jika tidak dapat dilakukan PCR karena tidak
tersedianya primer DNA. Kelebihan metode ELISA adalah hasilnya cepat didapat
dan tidak memungkinkan adanya reaksi silang, yaitu reaksi positif palsu dari
pathogen yang satu ke pathogen yang lain, karena antibodi yang beredar di
pasaran adalah antibodi poliklonal. Metode PCR meskipun akurat namun akan
terkendala jika DNA pathogen yang dicari tidak tersedia. untuk metode uji yang
terbaru sekarang ini adalah immunocapture-PCR.
PT. BISI memiliki fasilitas uji serologi yang modern
karena konsistensinya pada pengembangan riset dan teknologi sebagai basis
usahanya. Di antara fasilitas tersebut yaitu peralatan alat ekstraksi DNA, PCR,
dan ELISA reader yang mutakhir.
Gambar 3 dan 4. Alat ekstraksi DNA dan PCR mutakhir di PT. BISI
Dalam menjaga kesehatan benih, ada dua macam perlakuan
yang dilakukan oleh PT. BISI, yaitu preventif dan kuratif. Metode preventif
lebih ditekankan karena memberikan resiko kerugian yang paling minimal. Metode
preventif tersebut antara lain treatment dengan bahan-bahan kimia coating benih
dan metode fisik dengan Hot Water
Treatment menurut standar yang telah ditetapkan oleh Seed Health Committee. Selain itu, untuk menjaga kesehatan benih juga
diupayakan melalui prosessing benih yang aman sehingga tidak terjadi kerusakan
fisik yang dapat memicu kontaminasi pathogen. Dalam hal penyimpanan benih juga
diperhatikan akan dua hal, yaitu di luar cool storage benih difumigasi,
kemudian di dalam cool storage kelembaban dijaga kurang dari 45 persen dan suhu
antara 12-13 derajat celcius.
KESIMPULAN
- Deteksi patogen benih di PT. BISI Internasional, Tbk. Dilakukan dengan pengujian metode konvensional (perkecambahan dan inkubasi), ELISA, PCR, serta immunocapture-PCR. Setiap metode memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri.
- Patogen benih cabe yang sering kali ditemukan di PT. BISI antara lain Colletotrichum capsici (pathek), Phytoptora (busuk daun), Fusarium oxysporium (layu fusarium), Ralstonia solanacearum (layu bakteri).
- Dalam menjaga kesehatan benih, ada dua macam perlakuan yang dilakukan oleh PT. BISI, yaitu preventif (coating bahan-bahan kimia, Hot Water Treatment, prosessing benih yang aman, fumigasi, penyimpanan dalam cool storage) dan kuratif (pengasingan dan pemusnahan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik.