Ubay
merupakan kaum Anshar yang berasal dari Bani Khazraj. Selain mempunyai
sebutan Abu Mundzir dari Rosulullah Saw, Ubay bin Ka’ab juga dipanggil dengan sebutan
Abu Thufail oleh Amr bin Ash. Nama lengkapnya adalah Ubay bin Ka’ab bin Qais
bin ‘Ubaid bin Zaid bin Mu’awiyah bin Umar bin Malik bin Nijar bin Tyim. Dia
termasuk sahabat dari golongan anshor yang pertama masuk Islam dan ikut bagian
dalam perjanjian Aqobah.
Pada
saat itu para penduduk Yatsrib (Madinah) menjadi kaum penolong hijrah Nabi SAW,
dan mereka percaya kepada agama yang dibawa oleh beliau. Kemudian para penduduk
Madinah mengajak Nabi untuk bertemu di Aqabah. Disana terjadi baiat pertama
yang diikuti oleh 12 orang. Setelah perjanjian di Aqabah, Rosulullah SAW
menyuruh Mush’ab bin Umair untuk pergi ke Madinah dan mengajari kaum muslimin
di Madinah tentang ilmu-ilmu agama. Pada saat mendengarkan Mush’ab berdakwah itulah Ubay langsung menyatakan keIslamannya.
Sejak
menyatakan dirinya sebagai seorang muslim, Ubay bin Ka’ab menjadi seorang yang
ikut memperjuangkan agama secara total. Bersama Rosulullah Saw dia ikut serta
dalam berdakwah dan menata kota Madinah dengan baik bersama umat muslim
lainnya. Ubay juga sangat aktif dalam mengikuti berbagai peperangan pada masa
Rosulullah.
Ubay
bin Ka’ab dikaruniai oleh Allah suara yang sangat indah, serak-serak basah,
syahdu dan mempunyai intonasi yang bagus, sehingga dia dapat membaca al-Qur’an
dengan merdu dan syahdu. Dalam sebuah kisah diceritakan jika Rosulullah ingin
mendengarkan Ubay bin Ka’ab membaca al-Qur’an dengan merdu berulang-ulang kali,
beliau tinggal pergi ke rumahnya.
Selain itu, Ubay juga dikenal sebagai seorang yang cerdas, cepat faham, dan fasih berbicara dalam bahasa Arab dengan kata-kata yang sangat indah, sesuai dengan makhraj dan kaidah-kaidah bahasa. Karena itu dia sangat pandai dalam berpidato. Sehingga siapapun tidak akan bosan mendengarkan pidato Ubay. Sosok Ubay digambarkan sebagai seorang yang sedikit tinggi, berkulit putih, berwajah cerah dan dua pipinya nampak begitu jelas. Wajahnya sangat jernih dan cerah seolah memancarkan sinar yang semuanya mencerminkan kesucian dan kebersihannya. Meskipun secara lahiriyah Ubay terlihat sebagai sosok yang tenang dan kalem, tetapi sebenarnya dia juga seorang yang bisa bersikap keras, galak bahkan terkadang bersikap agak kasar. Sebuah sosok yang agak kotradiktif. Namun demikian dia memang orang yang dikenal dengan pendiriannya yang tegas, berkata jelas, serta sangat menjunjung tinggi kejujuran.
Ubay juga sangat dikenal sebagai seorang penghafal al-Qur’an, yang dapat membaca al-Qur’an dengan indah serta dapat memahaminya dengan sangat baik. Rosulullah sendiri pernah mengatakan bahwa Ubay bin Ka’ab adalah seorang qari’(pembaca al-Qur’an) terbaik di kalangan umat beliau. Ubay bin Ka’ab juga salah satu sahabat yang pernah membaca seluruh Al-Qur’an dalam shalat Tahajud selama delapan malam berturut-turut.
Pernah
pada suatu ketika Rasulullah saw sedang mengimami shalat dan tertinggal satu
ayat dalam bacaan beliau. Kemudian Ubay lah yang membetulkan kesalahan tersebut
dengan berbisik pelan di belakang beliau. Setelah selesai shalat berjamaah,
Rasulullah SAW bertanya, “Siapakah yang telah membenarkan bacaanku?”, kemudian
Rasulullah saw. diberi tahu bahwa Ubay r.a yang telah membetulkan bacaannya.
Lalu, beliau berkata, “Aku telah menduga memang Ubay orangnya.”
Dalam
sebuah kisah lain disebutkan bahwa pada suatu hari, Rasulullah SAW menanyainya,
“Hai Abul Mundzir! Ayat manakah dari Kitabullah yang teragung?” “Allah dan
Rasul-Nya lebih tahu!” jawab orang itu. Nabi SAW mengulangi pertanyaannya,
“Abul Mundzir! Ayat manakah dari Kitabullah yang teragung?” Maka ia menjawab,
“Allah, tidak ada tuhan melainkan Dia, Dia yang hidup kekal lagi terus-menerus
mengurus (makhluk)-Nya” (QS. al-Baqarah: 255). Mendengar jawaban tersebut,
kemudian Rosulullah pernah menepuk dadanya dengan perasaan bangga yang
tercermin dari pancaran wajah beliau dan mengucapkan selamat atas ilmu yang
telah dia miliki. Rosulullah berkata Ubay:” “Hai Abul Mundzir, selamat bagimu
atas ilmu yang kamu capai.”
Dalam kisah lain diceritakan bahwa suatu ketika Rosulullah datang kepada Ubay dan berkata:” Wahai Ubay bin Ka’ab, saya dititahkan untuk menyampaikan Al Quran kepadamu.” Mendengar perkataan Nabi SAW, dengan perasaan bingung Ubay berkata, “Wahai Rasulullah, demi ibu dan bapakku. Adakah Allah telah menyebutku dengan memanggil namaku?”, maka Rasulullah sawpun menjawab, “Ya, benar, Allah SWT telah menyebut engkau dengan memanggil namamu.” Jawaban Rasulullah SAW tentu membuatnya sangat terharu. Bayangkan saja jika seseorang yang sangat kita kasihi dan dambakan menyebut nama kita, sungguh kebahagiaan yang luar biasa.
Ubay juga dikenal sebagai orang yang zuhud, sholeh dan bertaqwa. Karena kesalehan dan ketakwaannya, Ubay selalu menangis setiap teringat Allah dan hari akhir. Ayat-ayat Al Quran, baik yang ia baca atau yang didengarnya, selalu menggetarkan hati dan persendiannya. Sifat zuhudnya ditunjukkan dengan cara menjahui hal-hal yang bersifat keduniawian. Hidup Ubay hanya dipergunakan untuk beribadah kepada Allah. Bagi Ubay, apa yang ada di dunia ini hanyalah bersifat sementara. Harta yang melimpah, bangunan yang megah, istri dan anak-anak semua adalah titipan dari Allah dan hanya amal perbuatan selama hidup di dunia yang akan membawa kebahagiaan yang sesungguhnya, yakni kebahagiaan di akhirat. Sehingga dia sama sekali orang yang tidak terpengaruh dengan segala sesuatu yang bersifat keduniawian hingga akhir hayatnya. Hari-hari Ubay hanya dihabiskan dengan pulang pergi antara masjid dan rumahnya. Hingga suatu saat ketika Ubay menderita sakit, penyakit yang dideritanya tidak menghalanginya untuk beribadah, melaksanakan ibadah haji dan umroh.
Begitulah sosok Ubay yang banyak diliputi kemuliaan, bahkan Rosulullah sendiri memujinya. Ubay juga menjadi salah satu sahabat yang pertama tama mencatatkan ayat-ayat al-Qur’an dalam bentuk tulisan dari kalangan anshor. Sebelum Nabi Saw berhijrah ke Madinah, Abdullah bin Sa’di bin Sarh yang selalu mencatatkan wahyu bagi Rosulullah. Setelah beliau berhijrah ke Madinah, kemudian Rosulullah menemukan sosok yang pas menjadi penulis wahyu pada diri Ubay bin Ka’ab. Tidak hanya menuliskan wahyu saja, Ubay bin Ka’ab juga banyak menuliskan surat-surat dan catatan-catatan beliau yang ditujukan kepada orang-orang, yang bersifat penting dan rahasia yang menuntut penulisnya harus bersikap jujur, amanah, terpercaya, serta bias menjaga rahasia. Meski pada masa hidupnya Rosulullah mempunyai banyak juru tulis seperti Abu Bakar Al-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Khalid bin Sa’id, Amr bin Ash dan masih banyak lagi, tetapi Ubay adalah salah satu sahabat yang paling sering menuliskan wahyu dan termasuk orang yang setia menjadi sang juru tulis Rosulullah sampai akhir hayatnya. Ubay bin Ka’ab memang dikenal mempunyai tulisan yang sangat bagus.
Selain menjadi sekretatis Rosulullah, Ubay juga pernah diangkat menjadi salah seorang hakim, disamping para sahabat Nabi SAW lainnya, seperti Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas’ud, Abu Musa al-Asy’ari dan Zaid bin Tsabit, yang bertugas untuk memutuskan persoalan-persoalan hukum umat Islam pada saat itu. Hal ini karena Ubay termasuk salah satu orang yang alim dan seorang Faqih. Pada masa kholifah Abu Bakar Al-Shiddiq, Ubay juga termasuk sebagai salah satu anggota penasehat khalifah diantara para sahabat yang lain seperti Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Muadz bin Jabal, Zaid bin Tsabit. Para dewan ini bertugas sebagai tempat bertanya atas berbagai permasalahan umat. Pada masa khalifah Umat bin Khattab, Ubay juga selalu dijadikan rujukan jika sang kholifah sedang menghadapi persoalan dan kesulitan yang besar. Demikianlah sosok Ubay bin Ka’ab yang mempunyai keistimewaan dan kedudukan tersendiri baik di mata Rosulullah maupun di mata para sahabat yang lain.
Ada salah satu ayat yang membuat hati Ubay selalu diliputi rasa duka yang tidak dapat terlukiskan, ayat tersebut adalah “Katakanlah, Ia Kuasa akan mengirim siksa kepada kalian, baik dari atas atau dari bawah kaki kalian, atau membaurkan kalian dalam satu golongan berpecah-pecah, dan ditimpakan-Nya kepada kalian perbuatan kawannya sendiri ...” (Al-an’am: 65). Hal ini karena yang paling dicemaskan oleh Ubay terhadap umat Islam ialah datangnya suatu generasi umat yang saling berbantah-bantahan sesama mereka. Ia selalu memohon keselamatan kepada Allah, berkah karunia serta rahmat-Nya.
Ubay
memperoleh apa yang ia harapkan. Ia menghadap Allah dalam keadaan beriman,
tenteram dan insyaAllah mendapat limpahan pahala-Nya. Ubay bin Ka’ab wafat pada
tahun 22 Hijriyah pada masa pemerintahan Umar bin Khattab. Begitu mendengar
berita kematiannya, sang kholifah berkata:”Hari ini seorang pemimpin ummat
Islam telah meninggal dunia”. Kematiannya membuat perasaan duka di kalangan
kaum muslimin, karena telah kehilangan seorang pahlawan yang selalu ikhlas
berjuang, yang namanya telah tercantum di langit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik.