ukuran daun untuk meminimumkan kehilangan air. Mekanisme ini di satu pihak mempertahankan kelangsungan hidup tanaman, tetapi di lain pihak mengurangi bobot kering tanaman (Gardner et al., 1991). Demikian halnya dengan pertumbuhan tanaman menurut Hong-Bo et al. (2008), pertumbuhan tanaman akan berkurang karena stress air menekan pertumbuhan sel.
Menurut Islami dan Utomo (1995), hasil panen dapat sangat menurun pada kekeringan sedang karena cekaman air menurunkan aktifitas fotosintesis melalui 3 mekanisme, yaitu 1). Luas permukaan fotosintesis, 2). Menutupnya stomata, dan 3). Berkurangnya aktifitas protoplasma yang telah mengalami dehidrasi. Penurunan fotosintesis ini menurut Khaerana dkk. (2008) merupakan stress lanjut setelah tanaman mengalami cekaman air yang semakin besar, serta diferensiasi dan pembesaran organ telah menunjukkan responnya.
Khaerana dkk. (2008) juga menyatakan bahwa tanaman yang mengalami cekaman kekeringan akan berusaha melakukan perubahan-perubahan fisiologi sebagai bentuk adaptasinya. Salah satu bentuk adaptasi tersebut adalah kemampuan tanaman untuk mempertahankan tekanan turgor atau penyesuaian osmotik. Menurut Salisbury dan Ross (1995), perubahan tekanan turgor akan mempengaruhi proses fisiologi dan biokimia dalam tumbuhan, antara lain dengan mengakumulasi senyawa-senyawa terlarut yang meliputi gula, asam amino, prolin, dan glisin betain.
Menurut Clanssen (2005), prolin merupakan indikator tanaman yang mengalami stress air. Dalam kondisi kekurangan air yang sedang hingga parah, konsentrasi asam amino prolin meningkat dibanding asam amino lainnya (Gardner et al., 1991). Hal ini dapat terjadi karena menurut Hang et al. (2000) prolin dapat berfungsi sebagai sumber energi, nitrogen, dan karbohidrat, serta sebagai asimilat. Prolin juga dapat mengurangi radikal bebas di dalam sel, sehingga dapat mencegah keruakan akibat cekaman oksidatif. Menurut Fitranty dkk. (2003) pada kondisi kekeringan, oksidasi prolin akan dihambat, sehingga produksi prolin akan bertambah dan dengan adanya gen PSCS produksi prolin semakin meningkat karena enzim PSCS memicu katalisis glutamat menjadi prolin.
Dengan demikian, air bagi tanaman sangat berperan penting, yaitu menurut Gardner et al. (1991) berfungsi sebagai 1). Pelarut dan medium reaksi kimia, 2). Medium transpor, 3). Medium untuk memberikan turgor pada sel, 4). Hidrasi dan netralisis muatan pada molekul-molekul koloid, 5). Bahan baku untuk fotosintesis, dan 6). Transpirasi untuk mendinginkan tanaman. Penurunan hasil tanaman akibat cekaman air telah dilaporkan pada tanaman kacang tanah (Purwanto, 2003).
Metodologi
Praktikum Acara IV dengan mengenai Pengaruh Kekeringan pada Tanaman Pangan
dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2012 di Laboratorium Ilmu Tanaman Jurusan Budidaya Pertanian dan kebun Tri Dharma, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pada percobaan tersebut
menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan kelompok sebagai
blok. Material yang digunakan berupa tanaman kacang tanah (Arachis hipogea) yang cukup air dan tanaman pada lahan yang
kekeringan. Tanaman yang digunakan adalah yang daunnya masih hijau tetapi
komponen hasilnya sudah terbentuk.
Pengamatan dilakukan dua kali pada umur 8 dan 10 minggu. Variabel yang diamati meliputi kandungan lengas tanah, prolin organ daun, luas daun, dan berat kering organ (daun, batang, akar, buah) sebanyak 3 sampel tiap perlakuan. Setiap variabel yang diperoleh dianalisis varian dengan taraf kepercayaan 5 %, boila ada beda nyata antar perlakuan dilanjutkan dengan uji DMRT. kemudian dibuat hubungan regresi antara lengas tanah-prolin, lengas tanah-berat kering, prolin-luas daun, dan prolin-berat kering, serta dihitung LAI (Leaf Area Index), NAR (Net Assimilation Rate), CGR (Crop Growth Rate), dan HI (Harvest Index). Persamaan regresi dibuat antara LAI-NAR, LAI-CGR, dan LAI-HI, grafik luas daun, jumlah daun, serta histogram berat segar dan berat kering total dibuat berdasarkan data tersebut.
Pengamatan dilakukan dua kali pada umur 8 dan 10 minggu. Variabel yang diamati meliputi kandungan lengas tanah, prolin organ daun, luas daun, dan berat kering organ (daun, batang, akar, buah) sebanyak 3 sampel tiap perlakuan. Setiap variabel yang diperoleh dianalisis varian dengan taraf kepercayaan 5 %, boila ada beda nyata antar perlakuan dilanjutkan dengan uji DMRT. kemudian dibuat hubungan regresi antara lengas tanah-prolin, lengas tanah-berat kering, prolin-luas daun, dan prolin-berat kering, serta dihitung LAI (Leaf Area Index), NAR (Net Assimilation Rate), CGR (Crop Growth Rate), dan HI (Harvest Index). Persamaan regresi dibuat antara LAI-NAR, LAI-CGR, dan LAI-HI, grafik luas daun, jumlah daun, serta histogram berat segar dan berat kering total dibuat berdasarkan data tersebut.
Pembahasan
Air bagi
tanaman berfungsi sebagai Pelarut dan medium reaksi kimia, medium transpor, medium
untuk memberikan turgor pada sel, hidrasi dan netralisis muatan pada
molekul-molekul koloid, bahan baku untuk fotosintesis, dan transpirasi. Hasil panen tanaman pangan dapat sangat menurun pada kekeringan
jika cekaman air menurunkan aktifitas fotosintesis melalui luas permukaan
fotosintesis, penutupan stomata, dan pengurangan aktifitas protoplasma.
Kekeringan terjadi pada tanaman bila tidak terdapt
lengas tersedia dalam tanah yang dapat digunakan oleh tanaman. Lengas tanah
dapat menjadi tidak tersedia jika persentasenya lebih rendah dari pada persen
lengas tanah pada kondisi titik layu permanen tanaman tersebut. pada kondisi
kekeringan air mungkin saja masih ada dalam tanah namun terikat sangat kuat
oleh partikel tanah atau terlalu cepat mengalami perkolasi. Kekeringan karena
air terikat kuat oleh partikel tanah biasanya terjadi pada jenis tanah dengan
kelempungan sedang sampai berat, sedangkan kekeringan karena air terlalu cepat
mengalami perkolasi umumnya terjadi pada jenis tanah pasiran. Dari pengukuran
kadar lengas metode gravimetri diketahui lengas tanah pada perlakuan kurang air
4% lebih rendah dari pada perlakuan cukup air, namun tidak berbeda nyada
berdasarkan uji DMRT α 5%.
Hasil ekonomis kacang tanah
yang utama yaitu bagian buahnya/plong dalam kondisi kering. Tanaman
kacang
tanah
kurang air memiliki berat kering buah yang tinggi dari pada tanaman kacang tanah yang cukup air.
Tanaman kacang
tanah pada fase pengisian buah tidak membutuhkan air terlalu banyak karena dapat membuat dominasi
pertumbuhan vegetatif. Dominasi pertumbuhan vegetatif dapat mengakibatkan
tanaman kacang tanah yang cukup air lambat dalam
pengisian buahnya.
Indeks panen tanaman kacang
tanah yang cukup air dan kurang air tidak berbeda nyata. Indeks panen dengan
indeks luas daun pada tanaman Kacang Tanah cukup air
menunjukkan adanya korelasi positif yang erat. Namun
peningkatan indeks panen kacang tanah cukup air karena peningkatan luas daun
tidak terlalu besar. Nilai LAI tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea) cukup air lebih tinggi
dari pada perlakuan kurang air yaitu
sebesar 5,83 tetapi memiliki nilai HI yang lebih rendah yaitu 0,16. Hal ini berarti produksi tanaman ykacang tanah tidak
tergantung pada kecukupan air dan luas daunnya.
Pada
tanaman Kacang Tanah yang
kurang air hubungan indeks
luas daun dan indeks panen berkorelasi negatif dengan erat. Peningkatan indeks luas daun diikuti dengan penurunan
indeks panen yang cukup besar. Selain karena dimungkinkannya terjadi mutual shading, jika indeks luas daun
melampaui batas kritis maka bisa jadi terdapat pula luasan daun yang tidak
efektif sebagai produsen asimilat karena tidak tersedianya air untuk
fotosintesis. Hal ini dapat memberikan dampak negatif bagi panen tanaman. Nilai
indeks luas daun tanaman
Kacang Tanah kurang air lebih rendah daripada perlakuan cukup air yaitu sebesar
4,82 tetapi memiliki nilai indeks
panen yang
lebih tinggi yaitu 0,18.
Hal ini berarti indeks luas daun ini sudah sedikit melampaui indeks luas daun
kritis tanaman kacang tanah pada kondisi tanah kurang air.
Tanaman
kacang tanah yang
kekurangan air pada umur 8 mst memiliki berat kering tajuk yang lebih besar dari pada yang cukup air,
tetapi sebaliknya pada
umur
10 mst. Tanaman Kacang Tanah cukup air mengalami peningkatan berat kering tajuk
dari 19,291 gram pada 8 mst menjadi
20,09 gram pada 10 mst.
Sedangkan
Tanaman Kacang Tanah kurang air mengalami penurunan berat kering tajuk
dari 24,47 gram pada 8
mst menjadi 19,28 gram pada
10
mst. Penurunan berat
kering tajuk tanaman yang kurang air dimungkinkan karena kurangnya pasokan air untuk proses fotosintesis sehingga terjadi penurunan laju asimilasi.
Tanaman
Kacang Tanah umur
8 mst dan
10 mst yang
kurang air memiliki berat
kering akar lebih besar dari pada yang cukup air. Berat kering tanaman
perlakuan kurang air mengalami peningkatan dari 2,70 gram pada 8 mst menjadi 2,93 gram pada 10 mst. Hal ini merupakan salah satu mekanisme adaptasi
tanaman terhadap kondisi cekaman kekeringan. Pertumbuhan akar menjadi lebih
dominan dari pada tajuk agar dapat mencari air pada solum tanah yang lebih
dalam dan air yang diperoleh tidak cepat hilang.
Kadar lengas tanah dan berat
kering tanaman kacang tanah pada kondisi tanah cukup air memiliki korelasi
negatif yang lemah. Peningkatan kadar lengas juga diikuti
dengan sedikit penurunan berat
kering tanaman. Rerata
kadar lengas tanaman
Kacang Tanah cukup air lebih tinggi daripada perlakuan kurang air yaitu 5,83%, tetapi menghasilkan berat kering tanaman yang lebih rendah
yaitu sebesar 26,86 gr.
Kadar lengas tanah dan berat
kering tanaman kacang tanah pada kondisi tanah kurang air memiliki korelasi
positif yang erat. Peningkatan kadar lengas juga diikuti dengan peningkatan berat kering tanaman yang cukup besar.
Rerata
kadar lengas tanaman
Kacang Tanah kurang
air lebih rendah
dari pada perlakuan cukup air yaitu 2,21%, tetapi menghasilkan berat kering tanaman yang lebih tinggi yaitu sebesar 33,37 gr. Hal ini merupakan salah satu tanda adanya perubahan
fisiologi tanaman pada kondisi kurang air. Tanaman dalam kondisi kurang air
memiliki respon adaptasi tersendiri sehingga lebih mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang tercekam.
Hubungan antara kadar prolin dengan berat kering tanaman Kacang Tanah cukup
air menunjukkan adanya korelasi
positif sangat erat. Peningkatan
kadar
prolin diikuti dengan
peningkatan berat kering tanaman
yang tidak begitu besar. Kadar prolin tanaman Kacang Tanah
cukup air lebih rendah dari pada
perlakuan kurang air yaitu sebesar 30,05 µ mol prolin/gr namun berat kering total lebih tinggi
yaitu sebesar 26,86 gram. Kadar
prolin yang rendah dalam jaringan tanaman biasanya mengindikasikan bahwa
tanaman tidak kekurangan air.
Adanya
korelasi negatif yang cukup
erat antara kadar prolin dan berat kering tanaman kacang tanah yang kekurangan
air.
Peningkatan
kadar prolin diikuti dengan penurunan berat kering total yang tidak terlalu besar.
Kadar prolin tanaman Kacang Tanah kurang air lebih tinggi dari pada perlakuan cukup air yaitu
sebesar 55,13 µ mol prolin/gr dan perlakuan ini menghasilkan berat kering tanaman yang lebih tinggi pula
yaitu sebesar 33,37 gram. Kadar
prolin tinggi mengindikasikan bahwa tanaman tersebut dalam keadaan kurang air. Hal ini dimungkinkan karena peningkatan kadar prolin
pada tanaman yang kekurangan air meningkatkan asimilasi, meskipun lajunya masih
terkait dengan luas daun awal sebelum tanaman mengalami cekaman.
Peningkatan
indeks luas daun
diikuti dengan sangat
sedikit peningkatan laju pertumbuhan tanaman
yang cukup
air. Hubungan kedua
variabel ini cukup erat karena pada kondisi cukup air dan semua faktor
lingkungan terpenuhi kesesuaiannya, tanaman terpacu metabolismenya.
Peningkatan hasil fotosintesis juga mengindikasikan peningkatan laju
pertumbuhan tanaman. Indeks
luas daun rata-rata tanaman cukup
air sebesar 5,83 dan nilai laju
pertumbuhan tanaman pada tanaman
cukup air sebesar 0,023 kg/m2/minggu.
Ada
hubungan nyata yang
positif antara indeks luas daun dengna laju pertumbuhan tanaman yang kurang
air. Setiap peningkatan indeks luas daun
diikuti
dengan peningkatan
laju pertumbuhan tanaman
pada
tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
kurang air. Hubungan ini
lebih erat dari pada
tanaman yang cukup
air. Indeks luas daun
rata-rata
tanaman kurang air sebesar 4,82 sedangkan
laju pertumbuhan tanamannya sebesar 0,194 kg/m2/minggu. Hal ini terkait hubungannya dengan indeks panen mengindikasikan
bahwa pada nilai indeks luas daun ini tanaman masih dapat tumbuh dengan optimal
namun asimilat tidak lagi diprioritaskan untuk pengisian buah melainkan untuk
pertumbuhan akar. Pengalihan prioritas ini bisa jadi karena tuntutan
evapotranspirasi yang lebih tinggi jika luas daun meningkat, sehingga akar
harus mencari air lebih banyak.
Adanya
korelasi negatif antara indeks luas daun dengan laju asimilasi bersih pada tanaman Kacang Tanah cukup air. Setiap peningkatan indeks luas daun
akan
menurunkan laju asimilasi bersihya. Nilai indeks
luas daun rata-rata tanaman cukup
air sebesar 5,83 dan nilai laju
asimilasi bersihnya sebesar 0,0004 g/cm2/minggu. Terjadinya pertumbuhan yang cepat juga dapat
menyebabkan cepatnya indeks luas daun kritis tercapai. Setelah indeks luas daun
kritis tercapai maka laju asimilasi akan menurun seperti pada grafik (Gambar
13).
Setiap
peningkatan
indeks luas daun
pada
tanaman Kacang Tanah kurang air akan menurunkan laju asimilasi bersihya. Nilai indeks luas daun
rata-rata
tanaman kurang air lebih kecil dari tanaman cukup air yaitu sebesar 4,82 tetapi
nilai laju asimilasi bersihya pada tanaman kurang air lebih besar yaitu sebesar
0,0048 g/cm2/minggu. Hal ini terjadi karena indeks luas daun
dalam
keadaan optimum sehingga daun antar tajuk dapat memanfaatkan dengan optimal
cahaya yang ada. Keadaan ini dapat meningkatkan hasil fotosintesis yang dihasilkan tanaman
per satuan
luas daun per satuan waktu.
Pada
perlakuan tanaman kacang
tanah cukup
air kadar prolin yang meningkat
diikuti dengan peningkatan luas daun. Kadar prolin tanaman Kacang Tanah cukup
air lebih rendah daripada perlakuan kurang air yaitu sebesar 30,05 µ mol
prolin/gr tetapi perlakuan ini memiliki luas daun yang lebih tinggi yaitu
sebesar 2333,8 cm2. Pada umumnya tanaman pada kondisi cukup air
memiliki luas daun yang lebih besar
untuk meningkatkan
transpirasi sehingga dapat menyeimbangkan kadar lengas di tanah dengan kadar
air di udara.
Berbeda dengan tanaman yang
cukuo air, pada perlakuan tanaman kacang tanah yang kurang
air kadar prolin yang meningkat
diikuti dengan penurunan luas daun. Kadar prolin tanaman Kacang Tanah kurang
air lebih tinggi daripada perlakuan cukup air yaitu sebesar 55,13 µ mol
prolin/gr tetapi perlakuan ini memiliki luas daun yang lebih rendah yaitu
sebesar 1928 cm2. Tanaman yang memiliki kadar prolin tinggi berarti
menunjukkan bahwa tanaman tersebut dalam kondisi tercekam kekeringan. Pada
kondisi cekaman kekeringan biasanya tanaman juga mengurangi luas daun. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi laju transpirasi tanaman.
Pada
umumnya hubungan pertambahan kadar
lengas tanah diiringi dengan penurunan kadar prolin dalam
tanaman. Prolin diproduksi dalam
jaringan
tanaman sebagai bentuk ketahanan tanaman dalam menghadapi cekaman kekeringan, meskipun dalam kondisi normal prolin juga diproduksi
dalam jumlah sedikit. Pada tanaman yang cukup air, setiap
peningkatan kadar lengas
tanah
diikuti dengan sedikit penurunan
kadar prolin. Nilai kadar
lengas tanah tanaman Kacang
Tanah cukup air lebih tinggi daripada
perlakuan kurang air yaitu sebesar 5,83% sehingga perlakuan ini memiliki kadar
prolin yang lebih rendah yaitu sebesar 30,05 µ mol prolin/gr.
Pada
umumnya hubungan pertambahan kadar
lengas tanah diiringi dengan
penurunan kadar prolin dalam tanaman. Prolin diproduksi dalam tanaman sebagai
bentuk ketahanan tanaman dalam menghadapi cekaman kekeringan. Tanaman Kacang
Tanah pada kondisi kurang air akan menghasilkan prolin lebih banyak. Namun dalam praktikum ini tanaman yang kurang air
peningkatan kadar lengas tanah diikuti dengan penurunan kadar
prolin. Hal ini
dimungkinkan karena produksi prolin telai mencapai kadar maksimum, sehingga
kekeringan yang lebih berat tidak akan mampu lagi ditoleransi melalui
peningkatan prolin.
Berdasarkan histogram
kadar prolin diketahui bahwa tanaman Kacang Tanah kurang air memiliki kadar
prolin yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang cukup air. Prolin
yang bertindak sebagai ospmoprotectan
yang mengendalikan hyperosmotic stress.
Prolin bekerja menjaga turgor sel dan pertumbuhan akar, pada kondisi potensial
osmotik yang rendah propuksi prolin ditingkatkan. Jumlah prolin yang meningkat pada
suatu varietas tanaman yang mengalami cekaman kekeringan juga merupakan
indikasi toleransi terhadap cekaman kekeringan karena prolin berfungsi sebagai
senyawa penyimpan N, osmoregulator
dan protektor enzim tertentu.
Kesimpulan
Tanaman
kacang tanah pada kondisi kurang air tidak menurun
produksinya karena dapat beradaptasi membentuk senyawa prolin yang lebih tinggi
dari pada senyawa prolin yang dihasilkan kacang tanah pada kondisi cukup air.
Clanssen, W. 2005. Proline as a measure of stress in
tomato plants. Plant Science 168: 241-248.
Fitranty, N., F. Nurilmala, D. Santoso, H. Minarsih.
2003. Agrobacterium neutransfer gen PSCS ke dalam kalus tebu klon PS851. Menara
Perkebunan 71: 16-27.
Gardner, F. P., R. B. Pearce, R. L. Mitchell. 1991.
Physiologi of Crop Plants (Fisiologi Tanaman Budidaya, alih bahasa : Herawati
Susilo). Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Hong, Z., Lakkineni, Zhaang, D. P. S. Verma. 2000.
Removal of feedback intifition of b1-proline-5-carboxylate
of plants from osmotic stress. Plant Physiology 122: 1129-1136.
Hong-Bo, S. C., Li-Ye, C. A. Jakel, Z. Chang-Xing.
2008. Water deficit stress induced anatomical changes in higher plants. C. R.
Biologies 311: 215-225.
Islami, T., W. H. Utomo. 1995. Hubungan Air, Tanah,
dan Tanaman. IKIP Semarang Press, Semarang.
Khaerana, M. Ghulamahdi, dan E. D. Purwakusumah.
2008. Pengaruh cekaman kekeringan dan umur panen terhadap pertumbuhan dan
kandungan xanthorrhizal temulawak (Curcuma
xanthorrhiza roxb.) Bul. Agron.
36: 241-247.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik.