Nama lokal (Anonim, 2012d): Paku tanduk rusa biasa, paku simbar
menjangan, simbar agung, paku tanduk uncal.
Nama ilmiah: Platycerium
bifurcatum
Taksonomi (Anonim, 2012d):
Kingdom:
Plantae (tumbuhan)
Subkingdom:
Tracheobionta (berpembuluh)
Divisi:
Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas:
Pteridopsida
Sub
Kelas: Polypoditae
Ordo:
Polypodiales
Famili:
Polypodiaceae
Genus:
Platycerium
Spesies: Platycerium bifurcatum C.Chr.
Spesies: Platycerium bifurcatum C.Chr.
Platycerium bifurcatum
termasuk tanaman perennial epifit yang paling sederhana yang tumbuh menempel
pada pohon inang. Daunnya atas dua macam yaitu daun penyangga (steril) dan
dedaunan (fertil). Daun penyangga terletak di bagian pangkal daun fertil,
tumbuh saling menutupi dan persisten, menyerupai keranjang, bagian ujung bercuping,
berwarna hijau dan berubah kecoklatan bila tua dan tidak berspora. Daun fertil
luruh, tumbuh menggantung, umumnya bercabang menggarpu pada ujungnya menyerupai
tanduk rusa, berwarna hijau keputihan, berbulu bintang dan berspora. Jenis
daunnya ini tergolong daun tunggal yang
bertoreh dalam, berdaging, tepi rata, permukaan berbulu halus, panjang 40-100
cm, dan ujungnya tumpul. Daun tambahan ada satu sarnpai tujuh, menggarpu,
bentuk baji, coklat hijau. Batangnya tidak jelas, ada yang mengatakan tidak
berbatang, karena daun langsung tumbuh dari akar tanpa perantara. Akarnya
berbulu dan berwarna coklat kekuningan dan biasanya langsung mengakar pada
batang tanaman yang ditumbuhinya. Akar ini berupa akar serabut. Spongarium,
terdapat pada ujung, tertutup rambut, berbentuk bintang, bercabang dua sampai
empat, panjang 10-12 cm, lebar 2-3 cm, berwarna hijau muda dan hijau kebiruan
(Shalihah, 2010).
P. bifurcatum dapat diperbanyak secara
generative maupun vegetative. Perbanyakan generative dilakukan dengan menyemai
sporanya yang telah masak. Cara ini merupakan cara yang paling efektif dan
ekonomis namun lama (Jones, 1987). Perbanyakan secara vegetative umum dilakukan
dengan membelah atau membagi rumpun tanaman induknya. Setiap anakan biasanya
ditandai dengan adanya kumpulan beberapa daun yang membentuk rumpun sendiri.
Cara ini menurut Hartini (2001) justru yang paling efektif karena hasil belahan
atau bagian tersebut akan lebih cepat tumbuh disbanding hasil semaian spora. Di
luar negeri seperti Amerika, perbanyakan sudah dicoba dengan cara kultur in
vitro dari bagian-bagian tanaman seperti spora, tunas, ujung tanaman, serta
fase gametofitnya.
Menurut Hartini (2001), P. bifurcatum C.Chr. merupakan sumber plasma nutfah di daerah lahan
kering yang mempunyai nilai penting, namun belum banyak mendapatkan perhatian
dari segi pemanfaatan, budidaya, maupun konservasinya. Hasil pengamatan di
daerah Bogor
dan sekitarnya menunjukkan bahwa jenis ini sudah ditanam masyarakat dan bahkan
sudah dijual di nurseri-nurseri tanaman hias.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik.