"salah satu amal yang tidak akan putus pahalanya meski manusia telah meninggal dunia adalah ilmu yang bermanfaat"

Another Side of East Java

-->Liburan pertengahan tahun 2012 yang panjang akhirnya berakhir juga. Apapun yang memakan waktu kita selama ini semoga bermanfaat dan penuh barokah ya..
Selama satu bulan yang lalu (Juli-Agustus 2012) liburan ku habiskan untuk Praktik Kerja Lapangan di Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), Pasuruan, Jawa Timur. Yah, meskipun tidak penuh satu bulan karena ada libur week end dan ngelibur sakit, tapi tetap saja aku ada di sana selama satu bulan.
Pengalaman melancong ke provinsi orang ‘sendirian’ ini memang bukan pertama kalinya (pertama kali ke Bandung tahun 2011), namun untuk perjalanan sangat jauuuh tanpa tahu siapa dan di mana arah tujuan berada adalah pertama kalinya bagiku. Demi pengalaman baru dan kemanfaatan yang lebih, ku beranikan diri untuk bekerja di institusi riset perkebunan tertua di Jawa ini. Biarlah orang-orang mempertanyakan alasanku pergi sejauh ini hanya untuk PKL, karena Rasul pun pernah berdo’a: “Allahummahdii qoumi fainnahuu laa ya’lamuun”… ^^
Pasuruan, berbagai sebutan terpateri dalam memoriku tentang kota ini. Kota pantai, kota tua, kota industri, kota santri, dan yang paling ku suka adalah kota kucing, begitu ku sebut Pasuruan. Aku bisa berkata demikian karena waktuku di sana tidak hanya ku habiskan untuk kerja-pulang-kerja-pulang. Berikut ku bagi beberapa pengalaman petualanganku yang mengesankan di Jawa Timur, khususnya Pasuruan dan Malang:
1.      Tempat tinggal. Apa hal pertama yang akan kamu lakukan jika tiba di suatu tempat pukul 10.00 pm tanpa punya kenalan? Inilah yang ku rasakan saat tiba di P3GI. Maklum, belum pengalaman. Biasanya keberangkatan angkutan untuk perjalanan Jogja – Pasuruan dilakukan malam hari pukul 8.00 pm sehingga sampai tujuan esok paginya. Tapi sudahlah, tak apa sudah terlanjur. Akhirnya terpaksa ku cari losmen terdekat dan termurah. Losmen yang terlihat sederhana, bersih dan cukup nyaman lerlihat di samping Klenteng, tarifnya yang termurah Rp 100.000 per kamar tidur untuk satu maupun dua orang. Fasilitasnya memang hanya hasur, meja, dan kipas angin yang berisik, namun memang sesuai dengan harganya. Esok harinya, karena tarif kamar di wisma tamu P3GI bukan untuk kelas mahasiswa, akhirnya ku putuskan untuk mencari-cari kos dibantu teman-teman PKL Universitas Brawijaya yang sudah datang satu minggu yang lalu. Ternyata oh ternyata, tidak seperti di Jogja, tarif kos di Pasuruan ini rata-rata hanya setara 2 hari tarif losmen… tarif termurah bisa didapatkan di pemukiman padat penduduk di Jalan Pahlawan (sebelah selatan kantor P3GI), lalu setingkat di atasnya ada di Kampung Jagalan (Jalan Balai Kota, samping rumah dinas wali kota) dan Paviliun Garoeda (sebelah utara taman kota).
2.      Pantai dan Pelabuhan Pasuruan. Sejujurnya pantai di pasuruan tidak seperti pantai. Ironis, sepanjang bibir pantai penuh dengan sampah. Demikian halnya dengan pelabuhannya yang terkesan kumuh. Untuk pertama kalinya ku kunjungi nama “Pelabuhan” yang perkasa namun ternyata mengecewakan… Adalah tugas kita generasi muda untuk memperbaikinya, apapun dosa orang-orang sebelum kita. Masih ada secercah harapan yang bisa kita kembangkan dengan melestarikan kembalikawasan rawadan tidak membuang sampah tanpa 3 R (Reduce, Reuse, Recycle).
Tumpukan Sampah
Rawa yang Tersisa
3.      Kuliner. Apa lagi yang menarik sebagai destinasi wisata selain objek wisatanya jika bukan makanannya… Walaupun sebenarnya tak ada yang pandemik dari Kota yang sebagian besar penduduknya berpakaian layaknya santri ini, namun ada beberapa kuliner laziss yang bisa dijadikan rujukan, yaitu: nasi rawon, nasi campur (nasi dengan lauk campur-campur, ada daging, mie, dan tahu), nasi mawut (sama seperti magelangan), cilok daging yang lezat dan STMJ di Alun-alun Kota. Saat bulan puasa, kita bisa menjumpai beberapa sentra pedagang ta’jil, di antaranya di depan Stadion Untung Suropati dan sepanjang jalan sebelah selatan Kantor PLN.
4.      Masjid Agung Batu, Malang. Satu yang istimewa dari masjid ini dibanding masjid-masjid lain yang biasa kita temui adalah adanya Fountain kran (kran air siap minum). Sebenarnya ada juga satu masjid yang punya Fountain kran di Pasuruan, yaitu Masjid Jami’ yang ada di jalan Pahlawan.
Fountain Kran
5.      Wana Wisata Coban Rondo, Malang. Obyek wisata ini punya sejarah menarik tersendiri yang membuatnya bisa disebut obyek wisata ‘penting’. Selain itu, Coban Rondo juga merupakan suatu area wisata yang sangat luas, di dalamnya terdapat berbagai koleksi tanaman dan satwa.



Tanaman Koleksi: Paku


Tanaman Koleksi: Jasan


Air Terjun

Tanaman Koleksi: Kebek

Tanaman Koleksi: Damar

Tanaman Koleksi: Puspa

Tanaman Koleksi: Kesek

Tanaman Koleksi: Dadap

Tanaman Koleksi: Adem Ati

Tanaman Koleksi: Johar

Satwa Koleksi: Kera
6.      Cangar, Malang. Di Cangar ini terdapat dua lokasi favorit pelancong, yaitu air terjun dan pemandian air panasnya. Namun untuk mendapatkan kenikmatan yang gratis, kita bisa memilih lokasi sungai air panas yang letaknya tidak jauh dari pemandian. Di depan sungai biasanya juga ada pedagang kaki lima yang siap melayani perut anda dengan bakso panasnya.
7.      Batu High Way. Sebelum meninggalkan Malang, jangan sia-siakan pemandangan indah di sepanjang perjalanan. Awas! Kalau ada pedagang apel, jangan lupa beli untuk oleh-oleh. Kalau kamu beruntung dapat membeli dari pedagang yang sekaligus petani apelnya, kamu bisa dapat apel segar yang baru dipanen dengan harga setengah dari harga pasar, plus bonus… senangnya^^


Kebun Apel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik.

Baca juga

Kerja Sambilan Mudah dan Halal di Survei Online Berbayar #1

Mendapatkan bayaran dari mengisi survei sudah bukan hal asing . Lebih dari 70% orang online untuk mengisi survei . Mereka biasanya menj...