"salah satu amal yang tidak akan putus pahalanya meski manusia telah meninggal dunia adalah ilmu yang bermanfaat"

PENGARUH PEMUPUKAN

ABSTRAKSI
Ketersediaan unsur hara merupakan faktor penentu tingkat kesuburan tanah. Umumnya hara tanaman yang dibicarakan adalah N, P, K, dan beberapa unsur mikro.  Selain itu, sifat fisika tanah juga berpengaruh terhadap subur atau tidaknya tanah tersebut. Untuk menentukan kesuburan tanah dapat dilakukan dengan membandingkan tanaman yang ditanam pada tanah tersebut. Praktikum acara pengaruh pemupukan dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Kesuburan Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Praktikum ini bertujuan untuk  mengetahui pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan tanaman pada jenis tanah yang berbeda. Metode yang digunakan adalah metode pengamatan dan pembandingan pertumbuhan tanaman jagung  pada berbagai jenis tanah di rumah kaca. Bahan-bahan yang digunakan adalah benih jagung dan tanah pasiran dengan mempergunakan 4 perlakuan, yaitu : tanah tanpa pupuk, ditambah pupuk NPK, ditambah pupuk organik, dan kombinasi antara pupuk NPK dan organik.

I.       PENDAHULUAN
A.     Latar belakang
Setiap orang berkepentingan terhadap tanah. Tanah sebagai sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai macam aktivitas guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Tanah sebagai sumberdaya yang digunakan untuk keperluan pertanian dapat bersifat sebagai sumberdaya yang dapat pulih (reversible) dan dapat pula sebagai sumberdaya yang dapat habis. Dalam usaha pertanian tanah mempunyai fungsi utama sebagai sumber penggunaan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, dan sebagai tempat tumbuh dan berpegangnya akar serta tempat penyimpan air yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup tumbuhan.
Pada awal budidaya pertanian, hara yang diperlukan untuk produksi tanaman hanya mengandalkan sumber alami dari tanah, baik yang bersumber dari bahan organik dan dari bahan mineral tanah, tanpa adanya pasokan hara dari luar. Setelah hara setempat habis atau produktivitasnya menurun, perlu diupayakan pengelolaan kesuburan tanah, yaitu dengan penambahan bahan organik untuk memulihkan kembali status hara dalam tanah. Perkembangan selanjutnya tidak terbatas pada penggunaan pupuk organik, namun juga dengan penggunaan pupuk buatan.

B.     Tujuan
Mengetahui pengaruh pupuk terhadap kesuburan tanah.

II.    TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk adalah setiap bahan yang diberikan ke dalam tanah atau disemprotkan pada tanaman dengan maksud menambah unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Pupuk merupakan sumber unsur hara utama yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan dan produksi tanaman (Pohan, 2009).
Pemupukan merupakan cara penambahan unsur hara ke dalam tanah sehingga tersedia bagi tanaman. Unsur N, P dan K tergolong unsur hara makro esensial bagi pertumbuhan maupun produksi tanaman. Dosis dan perimbangan antara unsur hara memegang peranan pentingdalam pertumbuhan maupun produksi tanaman, karena dosis pupuk anorganik yang tinggi akan mengakibatkan tanah menjadi padat (Siagian dan Harahap, 2001). Penggunaan pupuk yang efisien pada dasarnya adalah memberikan pupuk bentuk dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman, dengan cara yang tepat dan pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pertumbuhan tanaman tersebut. Tanaman dapat menggunakan pupuk hanya pada perakaran aktif, tetapi sukar menyerap hara dari lapisan tanah yang kering atau mampat. Efisiensi pemupukan dapat ditaksir berdasarkan kenaikan bobot kering atau serapan hara terhadap satuan hara yang ditambahkan dalam pupuk tersebut (Yuwono, 2010).
            Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. Pupuk organik merupakan pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalu proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Definisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan C-organik atau bahan organik daripada kadar haranya; nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik. Bila C-organik rendah dan tidak masuk dalam ketentuan pupuk organik maka diklasifikasikan sebagai pembenah tanah organik. Pembenah tanah atau soil ameliorant menurut SK Mentan adalah bahan-bahan sintesis atau alami, organik atau mineral (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ispandi (2003) menunjukkan bahwa pemupukan 100 kg SP36/ha meningkatkan serapan hara P dan hasil umbi secara nyata dibanding dengan yang tanpa pupuk P. Pemupukan 100 kg KCl/ha dapat meningkatkan serapan hara K secara nyata bila diberikan bersama pupuk P (dosis 75 atau 100 kg SP36/ha) tetapi tidak jelas pengaruhnya terhadap peningkatan hasil umbi. Pupuk K diberikan satu hingga empat kali tidak berpengaruh terhadap serapan hara K dan P serta hasil umbi, bila diberikan lima kali justru menurunkan serapan hara K dan P serta hasil umbi.
Jenis pupuk kandang berpengaruh terhadap mutu simplisia. Kadar sitosterol di dalam daun terlihat lebihctinggi dibanding dari akar. Sebaliknya, kadar stigmasterolcdi dalam akar terlihat lebih tinggi dibandingkan di dalam daun. Aplikasi pupuk kandang ayam dan pupuk kandang sapi menghasilkan kadar sitosterol yang lebih tinggi dibanding aplikasi pupuk kandang kambing dan pupuk kompos. Sebaliknya, pupuk kompos dan pupuk kandang kambing menghasilkan kadar stigmasterol yang lebih tinggi dibanding pupuk kandang ayam dan pupuk kandang sapi. Taraf pemupukan berpengaruh terhadap kandungan bahan aktif simplisia (Djazuli dan Pitono, 2009).
Untuk meningkatkan produktivitas lahan kering tanah Vertisol sangat banyak permasalahan yang harus dipecahkan. Salah satunya ialah kurang efektifnya pemupukan P dan K pada setiap tanaman pangan. Hal ini disebabkan karena kemampuan penyediaan hara P di tanah Vertisol sangat rendah, hara P mudah terfiksasi oleh ion Ca menjadi senyawa fosfat sehingga tidak tersedia bagi tanaman Hara K, di tanah Vertisol, mudah terfiksasi oleh mineral lempung montmorillonit yang sulit tersedia bagi tanaman (Brady, 1992).
Tanaman yang kahat hara P, selain akan mengganggu proses metabolisme dalam tanaman juga sangat menghambat serapan hara-hara yang lain termasuk hara K serta sangat menghambat proses pembentukan dan pembesaran umbi. Tanaman ubikayu yang kahat K dapat menyebabkan penurunan pembentukan protein di satu pihak, sedang di pihak lain kadar N bukan protein meningkat (Mengel and Kiekby, 1978).



III. METODOLOGI
Praktikum Kesuburan Tanah acara VII dengan judul Pengaruh Pemupukan ini dilaksanakan pada hari Jumat, 14 Oktober 2011 di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, serta Rumah Kaca Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat-alat yang digunakan antara lain pot plastik 6 L, cetok, sendok, kertas label, penggaris, dan alat tulis. Bahan-bahan yang digunakan antara lain tanah Inseptisol, benih jagung (Zea mays), pupuk NPK, pupuk organik dan air.
            Pertama-tama diambil tanah lapis olah dari lahan pertanian, digemburkan dan dimasukkan ke dalam 4 buah pot plastik berukuran 6 L yang berlubang di bagian bawahnya. Setiap pot ditanami dengan 3 benih jagung. Setelah tumbuh dipilih satu tanaman yang terbaik untuk dipelihara, setiap hari disiram dengan air secukupnya (sekitar kapasitas lapangan) agar tanaman tumbuh dengan baik. Perlakuan yang diberikan antara lain (a) tanah tanpa pupuk, (b) tanah + pupuk NPK 0,5 sendok teh, (c) tanah + pupuk organik 100 g, dan (d) tanah + pupuk NPK 0,5 sendok + pupuk organik 100 g. Pupuk NPK diberikan 1 minggu setelah tanam, sedangkan pupuk organik dicampur merata dengan tanah pada saat persiapan penanaman. Pengamatan dilakukan setiap minggu meliputi parameter tinggi tanaman serta kenampakan visual (morfologi dan warna).

IV.  HASIL PENGAMATAN
1.      Tabel Tinggi Tanaman
No
Jenis Tanah
Perlakuan
Kontrol
+ NPK
+ Pupuk Organik
+ NPK + Pupuk Organik
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
Inseptisol
12.15
31.4
43.5
15.1
43.65
52.45
12.55
42.3
53.7
10.7
37.1
41.85
2
Ultisol
16.3
35.5
44.5
16.5
40.5
56.9
12.7
28.8
39.7
17.5
32.4
40
3
Vertisol
12.1
29.5
33.95
12.8
35.95
47.15
7.25
18.75
23.6
12.5
39.1
51
1.6.            Tabel tinggi tanaman acara Pengaruh Pemupukan
2.      Tabel Jumlah Daun
No
Jenis Tanah
Perlakuan
Kontrol
+ NPK
+ Pupuk Organik
+ NPK + Pupuk Organik
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
Inseptisol
2.5
4
4
3
5
5.5
3
5
6.5
3
5
5
2
Ultisol
2
5
5.5
2
5
7
2.5
4.5
5
2.5
4
4.5
3
Vertisol
2.5
4
5
2.5
5
6
1.5
2.5
3.5
3
5
6.5
1.7.            Tabel jumlah daun acara Pengaruh Pemupukan

2.      Tabel Warna Daun
No
Jenis Tanah
Perlakuan
Kontrol
+ NPK
+ Pupuk Organik
+ NPK + Pupuk Organik
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
Inseptisol
+
+ +
+ + +
+
+ +
+++
+
++
+++
+
+ +
+++
2
Ultisol
+
+ +
+ + +
+
+ +
+ + +
+ +
++
+++
++
+++
+ + +
3
Vertisol
+ +
+ +
+ +
+ +
+++
+++
++
++
++
++
+++
+++
1.8.            Tabel warna daun acara Pengaruh Pemupukan



V.     PEMBAHASAN
Pupuk adalah setiap bahan yang diberikan ke dalam tanah atau disemprotkan pada tanaman dengan maksud menambah unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Pupuk merupakan sumber unsur hara utama yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan dan produksi tanaman (Pohan, 2009). Setiap unsur hara memiliki peranan masing-masing dan dapat menunjukkan gejala tertentu pada tanaman apabila ketersediaannya kurang atau berlebih. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar pemupukan efisien dan tepat sasaran adalah meliputi penentuan jenis pupuk, dosis pupuk, metode pemupukan, waktu dan frekuensi pemupukan serta pengawasan mutu.
Pemupukan adalah setiap usaha pemberian pupuk yang bertujuan untuk menjamin ketersediaan hara secara optimum untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga diperoleh peningkatan hasil panen. Penggunaan pupuk yang efisien pada dasarnya adalah memberikan pupuk bentuk dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman, dengan cara yang tepat dan pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pertumbuhan tanaman tersebut. Tanaman dapat menggunakan pupuk hanya pada perakaran aktif, tetapi sukar menyerap hara dari lapisan tanah yang kering atau mampat. Efisiensi pemupukan dapat ditaksir berdasarkan kenaikan bobot kering atau serapan hara terhadap satuan hara yang ditambahkan dalam pupuk tersebut (Yuwono, 2010).
Pemberian bahan yang dimaksudkan untuk memperbaiki suasana tanah, baik fisik, kimia atau biologis disebut pembenahan tanah (amandement) yang berarti perbaikan (reparation) atau penggantian (restitution). Bahan-bahan tersebut termasuk mulsa (pengawet lengas tanah, penyangga temperatur), pembenah tanah (soil conditioner, untuk memperbaiki struktur tanah), kapur pertanian (untuk menaikkan pH tanah yang terlalu rendah, atau untuk mengatasi keracunan Al dan Fe), tepung belerang (untuk menurunkan pH tanah yang semula tinggi) dan gipsum (untuk  menurunkan kegaraman tanah). Rabuk kandang dan hijauan legum diberikan ke dalam tanah dengan maksud sebagai pupuk maupun pembenah tanah (Yuwono, 2010).
Pemupukan merupakan salah satu usaha pengelolaan kesuburan tanah. Dengan mengandalkan sediaan hara dari tanah asli saja, tanpa penambahan hara, produk pertanian akan semakin merosot. Hal ini disebabkan ketimpangan antara pasokan hara dan kebutuhan tanaman. Hara dalam tanah secara berangsur-angsur akan berkurang karena terangkut bersama hasil panen, pelindian, air limpasan permukaan, erosi atau penguapan. Pengelolaan hara terpadu antara pemberian pupuk dan pembenah akan meningkatkan efektivitas penyediaan hara, serta menjaga mutu tanah agar tetap berfungsi secara lestari (Yuwono, 2010).
Bahan/pupuk organik dapat berperan sebagai “pengikat” butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini besar pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah. Pupuk organik/bahan organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti: (1) penyediaan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe, meskipun jumlahnya relative sedikit. Penggunaan bahan organik dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau tanah yang telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang; (2) meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah; dan (3) dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti Al, Fe, dan Mn.
Bahan organik dalam tanah berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman. Jadi penambahan bahan organik di samping sebagai sumber hara bagi tanaman, sekaligus sebagai sumber energi dan hara bagi mikroba. Penggunaan pupuk organik saja, tidak dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan ketahanan pangan. Oleh karena itu sistem pengelolaan hara terpadu yang memadukan pemberian pupuk organik/pupuk hayati dan pupuk anorganik harus ditingkatkan. Hanya dengan cara ini keberlanjutan produksi tanaman dan kelestarian lingkungan dapat dipertahankan. Sistem pertanian yang disebut sebagai LEISA (Low External Input And Sustainable Agriculture) menggunakan kombinasi pupuk organik dan anorganik yang berlandaskan konsep good agricultural practices perlu dilakukan agar degredasi lahan dapat dikurangi dalam rangka memelihara kelestarian lingkungan (Simanungkalit dan Suriadikarta, 2006).
Jumlah unsur hara yang dibutuhkan oleh setiap tanaman berbeda-beda. Untuk menentukan jumlah pupuk yang akan diberikan, perlu diketahui jumlah unsur hara yang tersedia dalam tanah di sekitar tanaman. Kemudian dihitung unsur-unsur hara yang dipindahkan (digunakan) oleh tanaman dan membandingkan jumlah tersebut dengan jumlah unsur hara yang akan diberikan dalam bentuk pemupukan (Nawawi, 2001).
Upaya pengelolaan bahan organik tanah yang tepat perlu menjadi perhatian yang serius, agar tidak terjadi degradasi bahan organik tanah. Penambahan bahan organic secara kontinyu pada tanah merupakan cara pengelolaan yang murah dan mudah. Namun demikian, walaupun pemberian bahan organik pada lahan pertanian telah banyak dilakukan, umumnya produksi tanaman masih kurang optimal, karena rendahnya unsur hara yang disediakan dalam waktu pendek, serta rendahnya tingkat sinkronisasi antara waktu pelepasan unsur hara dari bahan organik dengan kebutuhan tanaman akan unsur hara. Kualitas bahan organik sangat menentukan kecepatan proses dekomposisi dan mineralisasi bahan organik (Atmojo, 2003).
Gejala defisiensi yang terlihat pada tanaman yang kahat unsur nitrogen adalah pertumbuhannya lambat, lemah dan kerdil, daun hijau cerah sampai kuning pucat mulai pelepah hingga pangkalnya, daun rontok/kering. Apabila sudah parah, pembungaan sedikit, kandungan protein turun. Gejala kekurangan terlihat pada daun tua, karena N mobil. Kekurangan N berakibat tanaman matang dini dan menurunkan kualitas panen. Penggunaan unsur nitrogen yang berlebih menyebabkan daun hijau gelap, sukulen, mudah terkena serangan hama maupun patogen, buah dan biji gagal panen, atau dengan kualitas produksi rendah. Jika hanya amonium yang diserap, kondisi keracunan menyebabkan rusaknya jaringan tanaman serta menghambat serapan air.  Gejala kekurangan unsur Ca akan terjadi bila amonium menjadi sumber utama N.
Kekurangan unsur P pada tanaman menyebabkan pertumbuhan lambat, lemah, tanaman kerdil, daun hijau gelap, pada daun yang tua menunjukkan bercak (Purple pigmentation), berwarna kelam (hijau kebiruan), perkembangan akar terhambat, dalam keadaan parah warna daunnya beraneka ragam serta batangnya kurus, dan terjadi penundaan perkembangan biji/buah. Jika kadar P berlebih, maka akan menunjukkan gejala kekurangan unsur mikro. Fe dan Zn merupakan unsur pertama yang terpengaruh (P induced Zn deficiency).
Defisiensi unsur K menyebabkan tanaman mudah roboh dan peka terhadap serangan hama dan penyakit, pertumbuhan terhambat, klorosis antar tulang daun, panen dan kualitas buah-buahan menurun (biji dan buah berkerut), daun tua terlihat seperti terbakar pada tulangnya berwarna kecoklatan dari tepi daun ke dalam, gejala ini disebut scorch. Tanaman sensitif dengan kehadiran Amonium, menyebabkan sindrom keracunan amonium. Karena K unsur mobil, gejala kekahatan terlihat pada jaringan tua. Jika unsur K berlebih, maka akan menyebabkan tanaman defisien Mg, mungkin juga Ca. Gejala kekurangan Mg akan terlihat lebih dulu (Nuryani, 2009).
Salah satu fungsi hara K dalam tanaman ialah diperlukan dalam pengubahan tenaga surya menjadi tenaga kimia (ATP, ADP) di samping berfungsi mentranslokasi karbohidrat dari daun ke akar ( Hartt dalam Mengel dan Kirkby, 1978). Serapan hara K yang rendah akan mengahasilkan ATP yang rendah pula, sehingga serapan hara P dan K serta hara-hara lain dari dalam tanah juga rendah. Kadar K dalam tanaman yang hanya mencapai harkat cukup jika ditunjang dengan kadar N yang rendah belum mampu meningkatkan hasil umbi secara nyata, dan hasil umbi masih jauh di bawah optimal meskipun kadar hara P sudah berharkat cukup sampai tinggi (Ispandi, 2003).
Hara P dalam tanaman sangat diperlukan dalam pembentukan ATP, dan energi dari ATP sangat diperlukan dalam serapan hara-hara yang lain seperti K, P, Cu karena serapan hara-hara tersebut berlangsung melalui proses difusi yang memerlukan banyak energi ATP (Salisbury and Ross, 1992). Menurut Corey (1973), hara K yang diserap tanaman melalui proses difusi sekitar 76 %, sedang yang melalui proses aliran massa sekitar 26%.
Untuk mengetahui pengaruh pupuk terhadap tanaman, maka dalam praktikum ini dilakukan perlakuan pemupukan menggunakan pupuk NPK, pupuk organik, pupuk NPK ditambah pupuk organik, serta perlakuan kontrol. Perlakuan lain adalah jenis tanah yaitu Inseptisol, Ultisol, dan Vertisol. Interaksi antara jenis tanah dan pupuk sangat penting untuk meningkatkan produktivitas lahan, sehingga berpotensi untuk meningkatkan hasil tanaman. parameter pengamatan antara lain tinggi tanaman, jumlah daun, serta warna daun.
1.      Tanah Inseptisol
2.3.            Grafik tinggi tanaman tanah Inseptisol acara Pengaruh Pemupukan

Dari grafik di atas terlihat bahwa interaksi antara Inseptisol dan pupuk NPK memiliki kemampuan untuk meningkatkan tinggi tanaman dari 1 mst sampai 3 mst yang lebih tinggi dibanding pengaruh aplikasi pupuk lain. Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman. Selanjutnya adalah pengaruh aplikasi pupuk organik yang juga mampu meningkatkan tinggi tanaman hampir sama dengan aplikasi NPK, namun pada campuran pupuk NPK dan pupuk organik tidak menunjukkan pengaruh yang lebih baik dibanding pupuk yang lain, meskipun pada 2 mst tinggi tanaman meningkat namun pada 3 mst peningkatan tidak terlihat jelas, bahkan hampir sama dengan tanpa aplikasi pupuk/ kontrol.
      Pengaruh pupuk NPK yang lebih tinggi dapat terjadi karena unsur yang terdapat dalam tanah tersedia bagi tanaman, sehingga penyerapan akar lebih maksimal. Pupuk organik juga memberikan pengaruh yang hampir sama, karena sifat pupuk organik yang dapat memperbaiki kemampuan tanah dalam menahan lengas tanah dan hara, meningkatkan kandungan hara makro dan mikro meskipun jumlahnya jauh lebih kecil dibanding pupuk sintetik, mampu memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, serta meningkatkan produktivitas lahan. Interaksi antar pupuk NPK dan pupuk organik menunjukkan tinggi tanaman yang kurang maksimal dimungkinkan karena hara dalam pupuk NPK menjadi tidak tersedia akibat aktivitas mikrobia dalam pupuk organik yang menghambat penyerapan unsur ke dalam tubuh tanaman.
2.4.            Histogram jumlah daun tanah Inseptisol acara Pengaruh Pemupukan

            Peningkatan jumlah daun menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman semakin baik, karena daun merupakan salah satu organ tanaman yang mudah diamati. Semakin banyak jumlah daun, berarti semakin tinggi asimilat yang dapat dihasilkan dari proses fotosintesis. Dari percobaan terlihat bahwa pupuk organik memberikan dampak terbesar bagi pertumbuhan daun, meskipun baru terlihat perbedaannya pada 3 mst, selanjutnya adalah pengaruh pupuk NPK, dan terakhir adalah interaksi antara NPK dan pupuk organik. Secara keseluruhan terlihat jelas pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan tanaman, terbukti dengan jumlah daun pada tanaman kontrol yang jauh lebih sedikit dibanding yang lain. Pupuk organik dalam hal ini mampu menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhan tanaman, tidak hanya dengan ketersediaan hara, namun faktor lain yang dibutuhkan oleh tanaman seperti lengas tanah, sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, dll.
            Pada semua perlakuan pemupukan termasuk tanaman kontrol, terlihat bahwa terjadi kenaikan warna hijau daun pada tanaman jagung. Hijau pada dasarnya adalah efek yang terjadi pada tanaman akibat adanya klorofil dalam daun, klorofil tersusun oleh unsur N sebagai unsur utamanya. Unsur N ini diperoleh tanaman salah satunya melalui mekanisme pemupukan dengan menggunakan pupuk yang mengandung unsur N. Sehingga N merupakan unsur pembatas bagi tanaman, karena kekahatannya akan mengganggu proses fotosintesis. Pada tanaman kontrol, warna hijau terjadi karena pengaruh unsur N yang ada pada udara maupun yang sudah tersedia dalam tanah.
2.      Tanah Ultisol
2.5.            Grafik tinggi tanaman tanah Ultisol acara Pengaruh Pemupukan

            Pada jenis tanah ini, pupuk NPK memberikan pengaruh terbesar bagi pertumbuhan tanaman, terlihat pada peningkatan tinggi tanaman yang sangat jelas mulai 1 mst sampai 3 mst, hal ini karena jumlah unsur makro yang disediakan pupuk NPK jauh lebih tinggi dibanding dengan pupuk yang lain. Selanjutnya adalah perlakuan kontrol, hal ini dimungkinkan karena tanah sudah cukup produktif, karena masih mampu menyediakan unsur makro maupun mikro yang dibutukan tanaman. Pada aplikasi pupuk NPK dan pupuk organik hasilnya lebih baik dibanding pupuk organik saja, karena jenis tanah Ultisol dengan fraksi pasir yang cukup besar menyebabkan unsur hara yang terkandung dalam pupuk organik (dengan kadar unsur hara yang rendah) tidak tersedia bagi tanaman, karena tidak mampu ditahan oleh tanah saat pengairan.
2.6.            Histogram jumlah daun tanah Ultisol acara Pengaruh Pemupukan

            Selain tinggi tanaman, jumlah daun juga menunjukkan bahwa aplikasi pupuk NPK pada tanah Ultisol  dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, meskipun pada 1 mst pertumbuhan lebih rendah dari pada perlakuan pupuk organik maupun kombinasinya dengan NPK, karena di masa awal pertumbuhannya masih belum banyak unsur hara yang dibutuhkan, demikian juga pada tanaman kontrol. Namun pada aplikasi pupuk organik saja, menunjukkan bahwa jumlah daun yang tumbuh lebih banyak daripada kombinasi dengan pupuk NPK, meskipun tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa di tanah Ultisol harus digunakan pupuk dengan kadar unsur hara yang tinggi, agar tidak hilang karena masuk dalam pori-pori tanah, dan kemudian tidak tersedia bagi tanaman.
            Tingkat kehijauan daun pada tanaman jagung yang ditanam di tanah Ultisol terlihat lebih tinggi jika disertai aplikasi pupuk organik, besarnya kadar kehijauan ini sudah mulai tampak pada  1 mst, hal ini karena unsur N yang diperoleh dari pupuk organik lebih mudah terakumulasi dalam tubuh tanaman, sehingga klorofil yang terbentuk juga semakin tinggi.
3.      Tanah Vertisol
2.7.            Grafik tinggi tanaman tanah Vertisol acara Pengaruh Pemupukan

            Berbeda dengan tanah lainnya, Vertisol menunjukkan produktivitas lahan yang lebih tinggi dengan adanya aplikasi pupuk NPK yang dikombinasikan dengan pupuk organik. Hal ini karena struktur tanah Vertisol yang sangat mampat, sehingga dibutuhkan pupuk organik untuk memperbaiki sifat fisika, biologi maupun kimia lahan, sedangkan NPK dengan kandungan hara makronya yang tinggi dapat menyuplai unsur yang dibutuhkan tanaman jagung. Selanjutnya adalah aplikasi pupuk NPK, karena mampu menyediakan hara dalam jumlah yang lebih banyak, meskipun tidak memiliki kemampuan untuk memperbaiki lahan, artinya hara masih dapat tersedia dalam jumlah yang cukup banyak. Pada tanaman kontrol tampak pertumbuhan yang lebih baik dibanding aplikasi pupuk organik, dimungkinkan karena kesuburan tanah aktual yang sudah baik pada tanah yang digunakan, sedangkan pupuk organik dalam hal ini perannya lebih besar dalam memperbaiki lahan, namun unsur hara makro yang mampu disediakan sangat kecil, sehingga pertumbuhannya angat rendah.
2.8.            Histogram jumlah daun tanah Vertisol acara Pengaruh Pemupukan

            Pertumbuhan tanaman pada tanah Vertisol akan lebih baik jika disuplai dengan kombinasi pupuk NPK dan pupuk organik, terlihat jelas juga pada jumlah daun yang dihasilkan, selanjutnya adalah pupuk NPK dengan jumlah daun yang hampir sama banyaknya dengan aplikasi kombinasi pupuk NPK dan pupuk organik. Tanaman kontrol dalam hal ini juga memiliki jumlah daun yang lebih banyak dibanding pupuk organik, karena hara dalam pupuk organik hanya sedikit yang dapat digunakan oleh tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman terganggu.
            Kehijauan daun pada aplikasi pupuk NPK + pupuk organik memiliki kenampakan yang hampir sama dengan aplikasi pupuk NPK, hal ini karena unsur N yang terakumulasi dalam klorofil daun lebih banyak, sehingga daun tampak lebih hijau. Sedangkan aplikasi pupuk organik memiliki kehijauan yang hampir sama dengan tanaman kontrol, yaitu kadar kehijauan yang lebih rendah. Hal ini terjadi karena keterbatasan unsur N dalam tanah yang menyebabkan rendahnya klorofil yang dapat terbentuk, sehingga kehijauan daun kurang maksimal.






VI.  PENUTUP
A.     Kesimpulan
1.      Pemupukan dimaksudkan untuk memperbaiki suasana tanah, baik fisik, kimia atau biologis disebut pembenahan tanah (amandement) yang berarti perbaikan (reparation) atau penggantian (restitution).
2.      Pada tanah Inseptisol, pemupukan akan lebih efektif  jika menggunakan pupuk NPK dan pupuk organik, sedangkan pada Ultisol lebih efektif menggunakan pupuk NPK, dan pada tanah Vertisol lebih baik mengunakan kombinasi antara NPK dan pupuk organik.
3.      Pemupukan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, yang dapat diamati dari parameter tinggi tanaman, jumlah dan warna daun.

B.     Saran
Pemupukan harus mempertimbangkan jenis tanah yang digunakan, karena berkaitan dengan jenis pupuk yang paling efektif digunakan.

















DAFTAR PUSTAKA
Atmojo, S. W. 2003. Peranan bahan organik terhadap kesuburan tanah dan upaya pengelolaannya. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Corey R.B. 1973. Factor Affacting the Availability of Nutrient to Plant. Madison, USA.

Djazuli, M. dan J. Pitono. 2009. Pengaruh jenis dan taraf pupuk organik terhadap produksi dan mutu purwoceng. Jurnal Littri 15 : 40 – 45.

Ispandi, A. 2003. Pemupukan P, K dan waktu pemberian pupuk K pada tanaman ubikayu di lahan kering Vertisol. Ilmu Pertanian 10: 35-50.

Mengel K. And E.A.Kirkby. 1978. Principles of Plant Nutrition. International Potash Institute. Worblaufen-Beru, Switzerland.

Nawawi, G. 2001. Fungsi dan Manfaat Tanah dan Pupuk. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Nuryani, S. 2009. Diktat Kuliah Ilmu Kesuburan Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Pohan, R. R. 2009. Pemupukan. <http://plact.wordpress.com/2009/07/05/pemupukan/feed/>. Diakses tanggal 7 Nopember 2011.

 
Salisbury F.B. and C.W.Ross. 1992. Plant Physiology. Wadsworth Publishing Company, California.

Siagian, M.H. dan R. Harahap. 2001. Pengaruh pemupukan dan populasi tanaman jagung terhadap produksi baby corn pada tanah podsolik merah kuning. Jurnal Penelitian UMJ 7: 331-340.

Simanungkalit R.D.M. dan D. A. Suriadikarta. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.

Yuwono, N. P. 2010. Pengertian Pemupukan. <http://nasih.wordpress.com/2010/11/02/ pengertian-pemupukan/feed/>. Diakses tanggal 7 Nopember 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik.

Baca juga

Kerja Sambilan Mudah dan Halal di Survei Online Berbayar #1

Mendapatkan bayaran dari mengisi survei sudah bukan hal asing . Lebih dari 70% orang online untuk mengisi survei . Mereka biasanya menj...