"salah satu amal yang tidak akan putus pahalanya meski manusia telah meninggal dunia adalah ilmu yang bermanfaat"

PENCUPLIKAN TANAH

ABSTRAKSI
Praktikum pencuplikan tanah dilaksanakan dengan mengambil tanah vertisol di Dusun Jenggalan, Desa Sumber Agung, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta pada tanggal 9 Oktober 2011. Metode pencuplikan tanah yang mampu mewakili keseluruhan area untuk uji kesuburan tanah adalah metode zig-zag sejumlah 16-20 titik sedalam 0-20 cm. Pencuplikan tanah vertisol dilakukan pada hamparan yang homogen dan dalam kondisi kapasitas lapang.

I.    PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Tanah adalah benda alami di permukaan bumi yang terbentuk dari bahan induk tanah (bahan organik dan atau bahan mineral) oleh proses pembentukan tanah dari interaksi faktor-faktor iklim, relief/ bentuk wilayah, organisma (mikro-makro) dan waktu, tersusun dari bahan padatan (organik dan anorganik), cairan dan gas, berlapis-lapis dan mampu mendukung pertumbuhan tanaman. Batas atas adalah udara, batas samping adalah air dalam > 2 meter atau singkapan batuan dan batas bawah adalah sampai kedalaman aktivitas biologi atau padas yang tidak tembus akar tanaman, dibatasi sampai kedalaman 2 meter.
Pencuplikan tanah dilakukan untuk mendapatkan sampel tanah dari suatu lahan untuk diteliti lebih lanjut tingkat kesuburannya. Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur kadar hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal yang dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan cara benar. Oleh karena itu pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah.

A.     Tujuan
Tujuan praktikum acara Pencuplikan Tanah adalah untuk mengetahui cara mengambil cuplikan tanah untuk uji kesuburan tanah.

II.    TINJAUAN PUSTAKA
Tanah merupakan suatu sistem yang kompleks, berperan sebagai sumber kehidupan manusia yaitu air, udara dan unsur hara. Tembaga (Cu), seng (Zn), besi (Fe) dan mangan (Mg) merupakan beberapa unsur hara mikro yang esensial bagi tanaman karena walaupun diperlukan dalam jumlah relatif sedikit tapi sangat besar peranannya dalam metabolisme di dalam tanah (Syukur, 2002).
Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah menghasilkan produk tanaman yang diinginkan, pada lingkungan tempat tanah itu berada. Tanah memiliki kesuburan yang berbeda-beda tergantung sejumlah factor pembentuk tanah yang merajai, yaitu bahan induk, iklim, relief, organisme, atau waktu. Tanah merupakan focus utama dalam pembahasan ilmu kesuburan tanah (Anonim, 2008).
Kesuburan tanah diberi batasan sebagai kemampuan tanah menyediakan unsur hara pada takaran dan keseimbangan tertentu secara sinambung, untuk menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor pertumbuhan lainnya dalam keadan menguntungkan. Tanah dikatakan subur bila mampu memacu pertumbuhan dan perkembangan sampai aras yang memungkinkan fungsi-fungsi pertumbuhan dan perkembangan optimum tanaman (Poerwowidodo, 1993).
Factor-faktor yang mempengaruhi kesuburan tanah antara lain struktur tanah, pH, kandungan hara dan nutrient. Struktur tanah yang dikehendaki adalah yang gembur, terdapat pori-pori udara dan air yang cukup. Struktur remah memiliki keuntungan distribusi udara dan air lancar, dan temperatur stabil, yang berarti dapat membantu pertumbuhan jasad renik tanah yang memegang peranan penting dalam proses pelapukan bahan organik di dalam tanah (Lingga, 1997).
Contoh tanah dapat diambil setiap saat, namun tidak boleh dilakukan beberapa hari setelah pemupukan. Keadaan tanah saat pengambilan contoh tanah pada lahan kering sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang yaitu keadaan tanah kira-kira cukup untuk pengolahan tanah). Sedang pengambilan pada lahan sawah sebaiknya diambil pada kondisi basah (BPPT, 2006).
Pengolahan tanah penting bagi pertumbuhan tanaman untuk mencapai hasil yang tinggi. Pengolahan tanah diperlukan bila kepadatan, kekuatan dan aerasi tanah tidak mendukung penyediaan air dan penggembangan akar. Perlu tidaknya tanah diolah harus dilihat dari kepadatan, kekuatan dan aerasi tanah (Soame dan Pedgin, 1975).
III.  METODOLOGI
Praktikum Acara 9 yaitu pencuplikan tanah dilaksanakan mandiri dengan mengambil tanah di Dusun Jenggalan, Desa Sumber Agung, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta pada tanggal 9 Oktober 2011. Alat dan bahan yang digunakan adalah meterĂ¡n atau penggaris, cangkul, camera dan plastik atau karung. Langkah-langkah yang dilakukan pertama menetukan lahan yang akan diamati kesuburannya yaitu di berbah dengan jenis tanah entisol untuk kelompok kami, kemudian melakukan pengambilan tanah lapis olah (0-20 cm) apa adanya tanpa perlakuan secara komposit (gabungan) dari sub cuplikan sejumlah 16-20 titik dan diambil secara zig-zag dengan memotong lahan. Tanah dijadikan satu untuk diambil sebanyak 2 kg dan dimasukan ke dalam kantong plastik untuk kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisis serta dilakukan pendokumentasian lahan.


IV.  HASIL PENGAMATAN

Jenis Tanah  : Vertisol
Lokasi         : Dsn Jenggalan, Ds Sumber Agung, Kec Moyudan, Kab Sleman
Tanggal Pengambilan: 9 Oktober 2011
Tekstur (rabaan)      : halus
Warna tanah            : hitam
Struktur                   : gumpal
Kelengasan              : kering
Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur lempung dan mempunyai warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang juga relatif tinggi. Vertisol merupakan tanah yang mengandung sebagian besar lempung tipe 2:1 (monmorilonit). Tanah vertisol bermasalah dengan kandungan K tersedia yang rendah karena kapasitas pertukaran kation terlalu tinggi sehingga sebagian K terfiksasi pada mineral tanah.

 V.     PEMBAHASAN
Pada dasarnya metode pencuplikan tanah dibagi menjadi empat menurut pola sebaran titik yang diambil, yaitu:
1.      Linear. Pola pengambilan sampel tanahnya berupa garis lurus.
2.      Diagonal. Dilakukan dengan cara menetapkan 1 titik sebagai titik pusat pada lahan yang akan diambil contoh tanahnya. Kemudian menentukan titik-tititk di sekelilingnya sebanyak 4 titik. Jarak antara setiap titik kurang lebih 50 m diukur dari titik pusat.

Gambar 1.1 Metode Diagonal
3.         Acak. Pengambilan contoh tanah secara acak dilaksanakan dengan menentukan titik-titik pengambilan contoh tanah secara acak, tetepi menyebar rata di seluruh bidang tanah yang diwakili. Setiap titik yang diambil mewakili daerah sekitarnya. Persyaratan dan cara pengambilan contoh tanahnya sama seperti metode lainnya.
4.         Zig-zag. Cara pengambilan contoh tanah ini dilaksanakan dengan menetukan titik-titik yang akan digunakan sebagai tempat pengambilan contoh tanah. Metode ini memiliki kelebihan dapat mencakup atau mewakili keseluruhan lahan yang dijadikan sampel uji.

Gambar 1.2 Metode zig-zag

Pengambilan contoh tanah dilakukan di Dusun Jenggalan, Desa Sumber Agung, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman. Lahan tersebut, digunakan untuk bertanam ketela pohon, kacang panjang, cabai, dan jagung. Karakter tanah yang dapat dilihat secara kasat mata adalah tekstur lempung, warna gelap, serta dalam keadaan kering menjadi retak–retak dan merekah cukup lebar dan dalam. Pengambilan contoh tanah pada tanah seperti ini sangat sulit karena kelekatan dan kepadatan yang tinggi.
Sifat fisika tanah vertisol yang berupa struktur gumpal/baji dan tekstur lempung sebagamana disebutkan sebelumnya menyebabkan daya mengikat atau menahan air dan daya kapilaritasnya amat tinggi, tetapi laju pergerakan air amat lambat sehingga mudah tergenang dan tingkat kesuburannya sedang atau tidak optimal. Hal ini sangat mempengaruhi aktivitas biologis pada tanah tersebut. Kemampuan akar melemah karena adanya air yang tergenang/terlalu banyak dan pertumbuhan tinggi tanaman tidak optimal. Minimnya penetrasi akar tersebut menyebabkan rendahnya aktivitas mikrobia tanah yang dapat menghasilkan asam-asam organik. Akibatnya sifat kimia tanah terpengaruh dengan kebasaan yang cukup tinggi (pH 6-8) terutamanya yang terikat oleh Ca dan Mg, dan semakin dalam semakin bersifat basa/alkalis. Kondisi-kondisi seperti ini menyebabkan gerakan air menjadi lambat, aerasinya buruk, dan sulit diolah.
Solusi yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut antara lain dengan mengairi tanah terlebih dahulu sampai tanah dapat diolah. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam situs resmi BPPT Sulawesi Selatan, bahwa keadaan tanah saat pengambilan contoh tanah pada lahan kering sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang dan kira-kira cukup untuk pengolahan tanah).
Metode zig-zag digunakan agar komposit tanah mewakili seluruh hamparan yang homogen dari areal tersebut. Sebelum pengambilan contoh tanah, perlu diperhatikan keseragaman areal/ hamparan. Keseragaman tersebut meliputi topografi, tekstur, warna tanah, pertumbuhan tanaman, dan input (pupuk, kapur, bahan organic, dan sebagainya). Hamparan tanah yang homogen tidak mencirikan perbedaan- perbedaan yang nyata, antara lain warna tanah dan pertumbuhan tanaman kelihatan sama.

VI.  PENUTUP
A. Kesimpulan
1.      Metode pencuplikan tanah yang mampu mewakili keseluruhan area untuk uji kesuburan tanah adalah metode zig-zag sejumlah 16-20 titik sedalam 0-20 cm.
2.      Pencuplikan tanah vertisol dilakukan pada hamparan yang homogen dan dalam kondisi kapasitas lapang.

B. Saran
Agar pengambilan sampel dapat mewakili kondisi hamparan, maka harus digunakan metode yang paling tepat, yang disesuaikan dengan kondisi tempatnya.

 
DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2008. Kesuburan Tanah. <http://id.wikipedia.org/wiki/Kesuburan_tanah>. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2011.

BPPT. 2006. Cara pengambilan contoh tanah untuk Analisis (Uji Tanah). <http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=138:cara-pengambilan-contoh-tanah-untuk-analisis-uji-tanah-&catid=48:panduanpetunjuk-teknis-leaflet&Itemid=53>. Diakses Tanggal 3 Januari 2011.

 Lingga, P. 1997.  Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.

 Poerwowidodo. 1993. Telaah Kesuburan Tanah. Penerbit Angkasa, Bandung.

 Soame, B. D, and J.D Pedgin. 1975. Tillage requirement relation to soil physical properties. Soil Science 5: 376-385.

 Syukur, A.2002. Pengaruh pengenangan terhadap fraksi-fraksi Fe, Mn, Zn, dan Cu pada Entisol. Jurnal Ilmu Tanah 3: 10-17.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik.

Baca juga

Kerja Sambilan Mudah dan Halal di Survei Online Berbayar #1

Mendapatkan bayaran dari mengisi survei sudah bukan hal asing . Lebih dari 70% orang online untuk mengisi survei . Mereka biasanya menj...