"salah satu amal yang tidak akan putus pahalanya meski manusia telah meninggal dunia adalah ilmu yang bermanfaat"

Cerita Rakyat Temanggung III: BAMBU RUNCING

DOWNLOAD
Kita sebagai warga kota Temanggung sudah sepantasnya untuk mencintai kota ini. Warga kota Temanggung harus bangga mempunyai Monumen Bambu Runcing yang dapat mengingatkan jasa para pendahulu dalam mempertahankan kota Temanggung. Dengan merawat dan tidak merusaknya,merupakan salah satu cara kita dalam membuktikan bahwa kita cinta pada kota Temanggung. Tetapi monument yang seharusnya kita hargai dan hormati kadang-kadang dissalah gunakan siswa yang tidak bertanggung jawab, anak-anak kecil yang bermain memanjat di monument tersebut juga merupakan potret akan kurangnya kesadaran untuk merawatnya. Maka sudah selayaknya kita sebagai generasi muda untuk menengok sejarah berdirinya monument tersebut. Beberapa ratus tahun yang lalu ada”PEPUNDEN” dari desa Jampiroso meninggal dunia. Beliau bernama Kyai Bubak yang kemudian dimakamkan di daerah Dongkelan Utara (sekarang di sebelah monument). Dulu belum dibangun Tugu Jam dan monument Bambu Runcing. Di sana juga dimakamkan kerabat dari Kyai Bubak yang berjumlah empat makam. Secara rinci makam tersebut terdiri dari Kyai Bubak dan Mbah Sekatan masing-masing beserta istri. Konon apabila seseorang lewat di daerah makam tersebut dengan menggunakan kuda, mereka harus turun dan berjalan dari kuda. Orang-orang berpendapat bahwa daerah tersebut keramat. Selain makam disana juga terdapat pohon beringin yang sangat besar, karena mengganggu pohon tersebut ditebang. Karena penebangannya sangat berbahaya, maka dilakukan oleh narapidana. Setelah itu dalam jangka waktu beberapa tahun dibangunlah balai desa Jampiroso disekitar makam tersebut. Balai desa tersebut digunakan untuk bermacam-macam keperluan, misalnya pertemuan warga kampung, pentas seni kethoprak, juga digunakan oleh siswa-siswi dari beberapa sekolah di Temanggung untuk perpisahan ataupun kegiatan lainnya. Sekitar akhir tahun1976 dibalai desa tersebut diadakan perpisahan siswa SMEA dengan hiburan band. Pada saat perpisahan tengah berlangsung, tiba-tiba gedung balai desa tersebut roboh. Sebelum peristiwa robohnya gedung balai desa ada firasat atau ada keanehan. Pertama dekorasi panggung memakai warna hijau yang biasanya dipakai untuk tutup keranda. Kedua, saat berlangsungnya hiburan, seakan-akan diatas atap terjadi perang. Kemudian disusul suara patahnya “wuwug”(pucuk atap). Dari kejadian tersebut para peserta perpisahan berlari keluar mencari keselamatan masing-masing. Pada saat itu terdspst korban seorang meninggal dunia dan yang lainnya luka berat serta luka ringan. Bahkan ada yang cacat sampai sekarang.

Oleh: Anjar Yulianto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik.

Baca juga

Kerja Sambilan Mudah dan Halal di Survei Online Berbayar #1

Mendapatkan bayaran dari mengisi survei sudah bukan hal asing . Lebih dari 70% orang online untuk mengisi survei . Mereka biasanya menj...